Perundungan atau bullying sangat rentang dialami oleh anak. Ketika kita mendapatkan pemberitahuan bahwa anak kita mengalami bullying, orangtua harus hati-hati dengan responnya. Reaksi apa yang harus dihindari orangtua saat anak mengalami bullying?
Di sore hari selepas pulang kerja dan anak datang dari sekolah, Pak Dedi dan Bu Dedi secara tidak sengaja mendengarkan bahwa anaknya dicakar dan dijambak oleh temannya. Ketika dikorek, kenapa peristiwa itu terjadi, anak tidak tahu penyebabnya. Artinya, ia tiba-tiba diperlakukan seperti itu. Keterangan yang didapat dari anak, ia diperlakukan seperti itu sudah sejak awal masuk sekolah. Nah loh, kalau Ayah, Bunda, Kakak adalah Pak/Bu Dedi, apa reaksi yang spontan muncul?
Peristiwa semacam ini mengingatkan saya pada cerita teman saya yang anaknya melapor bahwa ia sering disakiti temannya. Apa reaksi sang ayah (teman saya) tersebut? Ia geram dan bilang kepada anaknya, “Kamu laki-laki, pukul balik!”. Apa yang terjadi? Si anak berhasil melakukan perlawanan dan anak yang menyakiti menjadi tidak berani lagi. Si ayah berhasil menyelematkan anak dari penyerangan oleh temannya. Tapi apa yang terjadi kemudian? Berkebalikan, si anak menjadi mudah menyerang temannya. Nah, sekarang siapa yang melakukan kekerasan?
Mengacu dari definisi bullying, saya kali ini lebih memilih menggunakan istilah yang lebih general, yaitu mengintimidasi, menyakiti, atau menyerang. Artinya saya akan membahas dari tindakan tidak menyenangkan yang lebih umum, yang dilakukan oleh seorang teman kepada anak kita. Terlepas apakah anak kita dibully atau bukan, yang jelas ia mengalami penyerangan. Sedangkan pembahasan yang spesifik tentang bullying, dapat dibaca di tulisan “Benarkan Anak Kita Mengalami Bullying?” dan “5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying?”.
Orangtua mana yang tidak jengkel jika anaknya mendapatkan serangan dari anak lain? Berjuta kekhawatiran dapat muncul di benak orangtua, semisal yang paling parah adalah mogoknya anak dari sekolah. Maka dari itu, secara spontan reaksi kita mungkin adalah marah dan mungkin berkata, “Siapa anak yang berani menyakitimu itu?”, “Hajar balik dong!”, “Kamu semestinya melawan!” dan reaksi sejenisnya.
Berkenaan dengan mogok sekolah, silahkan baca tulisan,
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Kesulitan Orangtua Mengajak Anak Kembali Ke Sekolah Pasca Libur
- Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!
Hal ini sama saja dengan seorang anak yang nonton film action dimana tokoh utama atau tokoh baik menyerang tokoh antagonis. Penyerangan ini menjadi pemakluman. Jadi tindakan kekerasan yang dilakukan tokoh utama bisa mendapatkan pembenaran. Semangat balas dendam ditanamkan kepada anak. Pada saat itu juga kita telah mengajarkan anak tak ubahnya seperti teman yang menyerangnya.
Baca juga tentang,
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
Untuk itu, kita perlu memperjelas informasinya. Kita bisa sharing dengan guru kelas dan meminta data darinya. Jika gurunya belum tahu dengan kejadian yang dialami anaknya, orangtua dapat meminta tolong guru untuk mengamatinya. Hal ini tidak melulu untuk menghindarkan anak dari kekerasan berikutnya, tetapi juga untuk mengidentifikasi kenapa atau bagaimana kekerasan tersebut bisa terjadi terhadap anak kita. Informasi ini adalah langkah awal untuk mengambil tindakan yang tepat berikutnya.
Tapi yang jelas, reaksi sakit hati dan ‘serangan balik’ perlu dikendalikan oleh orangtua. Kalau Ayah, Bunda, Kakak, apa reaksi yang biasanya muncul saat mendapatkan laporan anak atau diknya diserang oleh temannya?