Beranjang dari Bulan Ramadhan, datanglah Hari Raya Idul Fitri. Hari setiap muslim yang selama sebulan menahan hawa nafsu, merayakan kemenangan. Apakah setelah Ramadhan perlawanan sudah usai? Setelah Ramadhan Pertarungan Belum Berakhir.
Setiap orang memaknai berakhirnya Bulan Ramadhan dengan berbagai cara. Ada yang merasa lega setelah sebulan menahan lapar dan dahaga, ada juga yang tak rela Ramadhan berlalu, ada yang merasa berhasil atau gagal jika dibandingkan dengan Ramadhan sebelumnya, dan sebagainya.
Kita pasti sudah familiar dengan ungkapan bahwa setelah Ramadhan, ada pertarungan yang lebih dahsyat, yaitu mengalahkan hawa nafsu, menahlukkan diri sendiri. Ini bukan kata-kata klasik seperti halnya orang yang menyia-nyiakan Ramadhan, kemudian berharap mendapatkan kesempatan Ramadhan lagi. Akan tetapi kembali menyia-nyiakannya ketika mendapatkan kesempatan Ramadhan di tahun berikutnya. Semoga kita bukan termasuk yang seperti demikian. Semoga kita termasuk orang-orang yang istiqomah menjaga amalan Bulan Ramadhan di sepanjang bulan-bulan berikutnya.
Keistiqomahan kita dalam beribadah pastinya akan diuji dengan kualitas ujian yang lebih sesuai untuk level baru kita. Ketika kita berhasil menjalankan ibadah di Bulan Ramadhan, maka keberhasilan kita justru akan diuji di bulan-bulan berikutnya. Ini seperti kekhusyukan sholat kita yang kemudian diuji dalam perilaku sehari-hari, apakah kerendahan hati dalam sholat kita juga diikuti dengan ketulusan dalam menjalani kehidupan.
Saya punya sebuah ilustrasi nyata. Ketika saya berusaha membangun diri untuk selalu menjadi manusia yang menerima, bersyukur dan berserah diri, maka ada titik dimana kita sudah mulai berhasil melakukannya. Namun keberhasilan kita itu bisa menjadi godaan baru berikutnya. Untuk menjaga keteguhan sebagai orang yang menerima, maka saya mencoba mengajak orang-orang di sekitar saya untuk mengurangi kebiasaan mengeluh. Mengurangi kebiasaan mengeluh ternyata bukan perkara mudah. Sampai pada satu titik dimana orang di sekitar saya mengeluh dan saya merasa jengkel. Pada saat itulah secara tidak sadar saya mengeluhkan perilaku (mengeluh) mereka. Sungguh sangat halus godaan itu, sehingga saya sendiri tidak sadar telah kembali menjadi pengeluh, mengeluhkan keluhan orang lain.
Maka dari itu, hendaklah kita selalu sadar dan tidak mudah merasa bahwa sebuah keberhasilan adalah final. Keberhasilan adalah jalan, bagian dari perjalanan. Keberhasilan bukan ujung, tapi sebagai cara untuk lebih menguatkan kita melanjutkan perjalanan. Di titik inilah proses dan hasil melebur dan kita sebagai penerima ketentuan Tuhan, hanya bisa menjalani dan berserah diri. Tak perlu bertinggi (atau berkecil) hati dengan hasil, namun juga jangan berputus asa akan proses. Semoga kita selalu menjadi mahluk yang tidak pernah terputus dari rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin..