Belajar Kreatif untuk Membuat Definisi 1
December 23, 2012 . by rudicahyo . in Creative Learning . 1 Comments
Definisi tak harus mirip dengan buku. Setuju? Definisi yang diciptakan oleh murid sendiri, lebih dekat dengan kenyataan mereka, membumi dan mudah diterjemahkan dalam realita. Bagaimana belajar kreatif membuat definisi? Mari simak ceritanya!
Setiap belajar di sekolah, kita tidak akan pernah lepas dari konsep-konsep. Reproduksi, toleransi, kreatif dan sebagainya, adalah konsep-konsep. Demikain juga dengan cinta, kesabaran, perjuangan, pengobanan dan lain-lain. Ketika kita berkenalan dengan konsep, pasti diawali dengan definisi. Bukan begitu?
Cara yang biasa kita lakukan dalam memahami konsep adalah dengan melihat definisinya di buku. Selalu seperti itu. Akibatnya, kita memahami konsep dengan arti yang diberikan oleh orang lain. Konsep itu menjadi tidak bermakna dalam kehidupan nyata kita. Murid-murid yang terbiasa melakukan ini akan menjauh dari realita. Konsep-konsep di kehidupan kita jadi kering.
Berbicara tentang definisi ini, aku punya cerita. Hari Sabtu (22/12) yang lalu, Aku memfasilitasi Workshop Belajar Kreatif. Di sesi awal, kita mendefinisikan, apa itu belajar kreatif. Apa yang kita lakukan? Apakah kita akan membuka buku atau kamus, kemudian menuliskan definiis dengan redaksi seperti ini, “Belajar kreatif adalah….”, “Belajar kreatif yaitu…”, “Belajar kreatif artinya…”, atau sejenisnya? Tidak!
Peserta aku minta membuat daftar kata-kata yang menurut mereka ada hubungannya dengan belajar. Mereka menuliskan di kertas sebanyak-banyaknya. Waktu mereka tidak banyak, hanya satu menit saja. Ketika ada aba-aba mulai, mereka mengerjakan, dan ketika ada aba-aba selesai, mereka meletakkan alat tulisnya.
Tiap orang menghasilkan daftar kata dengan jumlah yang berbeda-beda dan bervariasi. Buat yang menghasilkan daftar kata yang banyak, tidak lupa kita berikan apresiasi, special applause dari peserta yang lain. Hahaha, hadiah yang luar biasa, luar biasa gratisnya.
Langkah berikutnya, peserta menandai kata-kata yang menurut mereka ada kaitannya dengan kreatif atau kreativitas. Kata-kata inilah yang akan jadi modal untuk langkah selanjutnya.
Peserta dikelompokkan dengan jumlah 6 atau 7 orang. Tiap kelompok diminta membuat cerita proses belajar kreatif dengan menggunakan daftar kata yang mereka miliki. Tentu saja kata-kata yang telah ditandai memiliki hubungan dengan kerativitas.
Cerita yang dibuat boleh berdasarkan pengalaman nyata atau imajinasi peserta. Karena bentuknya cerita, lumrahnya memiliki elemen: pesan, ending, tokoh, setting tempat dan waktu, serta alur.
Peserta tidak harus menggunakan seluruh kata yang mereka tandai. Mereka hanya menggunakan beberapa kata yang mereka butuhkan atau menurut mereka berhubungan dengan ceritanya. Cerita ini dibuat secara berkelompok. Jadi, kata-kata kuncinya juga saling dibagi dan digabungkan.
Cerita yang dihasilkan kelompok sangat menarik. Ada yang cerita tentang kelas yang mengelola sampah di sekitar sekolah, ada yang cerita tentang siswa yang menciptakan alat pengukur tekanan udara dengan balon dan banyak lagi cerita menarik lainnya.
Ketika salah satu kelompok bercerita, kelompok yang lain melengkapi kalimat ini, “Belajar kreatif adalah….” yang bahannya diperoleh dari cerita. Kalimat ini terus disempurnakan setiap kali kelompok membacakan ceritanya. Hasilnya tiap kelompok punya definisi sendiri tentang ‘belajar kreatif’. Definisi kelompok dibacakan.
Definisi-definisi ini kemudian dicari benang merahnya. Setelah ketemu, disatukan menjadi satu definisi. Waktu itu cara yang aku pakai adalah dengan mengirim dua utusan dari masing-masing kelompok yang bertugas sebagai perumus definisi. Dihasilkanlah definisi ‘belajar kreatif’ yang mereka ciptakan sendiri.
Alternatif yang lain, mencari benang merah antar definisi yang dibuat kelompok bisa langsung kita pandu. Definisi yang dibacakan oleh masing-masing kelompok kita tulis di papan atau kertas. Kemdian kita garisbawahi kata-kata kunci yang sama atau bersesuaian. Kita buat kalimat baru.
Nah, kita sudah menciptakan definisi ‘belajar kreatif’. Kalau memang mau dibandingkan dengan definisi yang ada di buku, boleh juga, siapa takut. Karena waktu itu tidak ada buku tentang belajar kreatif, maka bagian ini tidak kita lakukan. Namun, pengalaman belajar yang pernah aku pandu, cara-cara seperti ini selalu menghasilkan definisi yang minimal tidak jauh berbeda. Bahkan beberapa diantaranya menghasilkan definisi yang lebih baik, karena lebih komprehensif.
Demikian cerita pengalaman memandu Workshop Belajar Kreatif, khususnya di sesi membuat definisi konsep. Bagaimana pendapatmu tentang langkah kreatif membuat definisi ini?
Artikel tentang Creative Learning Lainnya:
- Bermain "Tebak Rasa" untuk Belajar Observasi
- Membuat Desain Belajar yang Optimal
- Tips Fasilitasi Belajar: Menggunakan Contoh untuk Menjelaskan
- Tentang Kreativitas: Apakah Kita Kreatif?
- Bagaimana Membuat Fasilitasi Belajar yang Hebat?
- Prinip Memandu Belajar dengan Menggunakan Permainan
- Prinsip Klasifikasi untuk Menyederhanakan Kerumitan
- Kenapa Iklan Jadi Media Belajar yang Tajam untuk Anak?
- Fasilitasi Proses Belajar adalah Menggembala
- Aktivasi Kelas untuk Efektifitas Belajar
- Belajar Kreatif Membuat Definisi 2
- Fasilitasi Belajar Buruk yang Sangat Disukai Peserta
- PowerPoint HANYA Alat Presentasi, BUKAN Tujuan Belajar
- Perbedaan Analisis Level Rendah dan Analisis Level Tinggi
- Variasi Dapat Menjaga Kreativitas
- Rumus Belajar Sederhana Namun Bermakna
- 3 Cara Mudah untuk Mengingat
- 5 Pembunuh Kreativitas Guru dalam Membuat Inovasi Belajar
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Mengharmoniskan Isi dan Metode Belajar Cerdas
- Resep Presentasi Spektakuler
- Kreativitas KOWAWA
- Bagaimana Cara Belajar yang Sesuai dengan Perkembangan Anak?
- 5 Kesalahan Penggunaan PowerPoint
- Berkenalan dengan Mosaic Learning
- Fasilitasi Diskusi yang Efektif
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Ingin Belajar Efektif? Jangan Menggunakan Cara Kerja Foto Kopi!
- Sebagai Guru, Sudahkah Kita Berdiri Di Atas Sepatu Siswa?
- Prefleksi, Sebuah Pemberdayaan Imajinasi untuk Efektivitas Proses Belajar
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Transformasi Cara Berpikir untuk Menuju Kreativitas
- Bagaimana Cara Belajar dengan Lagu?
- Fasilitasi Proses Belajar dengan Hierarchy of Questions
- Mengelola Fungsi Permainan untuk Belajar
- 3 Komponen Penting dalam Fasilitasi Belajar
- Problem Fatal Guru dalam Memandu Proses Belajar
- Komponen dalam Memandu Proses Belajar dengan Permainan
- Cara Memberikan Instruksi Permainan untuk Fasilitasi Proses Belajar
- Aturan yang Menjaga Kelas Aktif dan Kreatif
- Bagaimana Memandu Fasilitasi Belajar Secara Total?
- Menguatkan Logika Matematika dengan Storytelling
- Klasifikasi Membuat yang Rumit Menjadi Sederhana
- Fasilitator Bukan Korektor atau Editor
- Kreativitas, Penciptaan Berawal dari yang Tidak Penting
- 3 Cara Menggunakan Cerita untuk Fasilitasi Proses Belajar
- Belajar Bilingual Sejak Dini
One Trackback
[…] workshop Belajar Kreatif buat para guru. Ada hal yang menarik ketika sesi awal, yaitu saat membuat definisi ‘Belajar Kreatif’. Seorang peserta bertanya tentang kesesuaian definisi yang mereka ciptakan sendiri dan definisi […]