Ingin Memiliki Daya Saing? Jadilah Diri yang Original
October 27, 2016 . by rudicahyo . in Inspirasi (Insert) . 0 Comments
Banyak para seniman, pengusaha, atau people helper, menghadapi persoalan yang sama, yaitu soal eksistensi. Keberadaan diri diantara orang yang melakukan hal yang sama, menimbulkan persaingan. Kunci dari daya saing yang tinggi adalah menjadi diri sendiri yang original.
Beberapa hari ini, aku suka mencoba-coba untuk bernyanyi, mulai dari merekam suara di soundcloud, bernyanyi di smule, atau berekspresi melalui media karaoke. Termasuk juga bernyanyi bareng beberapa musisi dan penyanyi terkenal, aku dalam mobil dan si artis di dalam radio.
Aku menikmati suaraku dalam kualitas yang berbeda, tergantung media yang digunakan untuk bernyanyi. Bernyanyi bareng penyanyi yang sudah keren saat mendengarkan CD, mp3, atau radio, membuat suaraku menjadi terdengar enak. Kenapa? Ya karena bernyanyi bersama, nyanyinya bareng hehe. Beda lagi saat bernyayi di ruang karaoke. Kualitas suaraku jadi menurun, karena suara penyanyinya kan diilangin. Begitu juga ketika direkam lewat media karaoke daring semacam smule. Cuma kalau di smule, suaranya jadi terdegar lebih indah, meskipun aku sendiri tetap menemukan celah kemblesetannya.
Kenapa saat bernyanyi bersama radio atau mp3, suara jadi terdengar bagus dan itu membuat kita lebih percaya diri untuk bernyanyi. Kepercayaan diri itu bisa terancam jatuh, saat berada di ruang karaoke dan ternyata suara kita tidak bisa masuk dengan musiknya. Kita baru sadar bahwa suara kita sangat berbeda degan penyanyinya. Semakin kita berusaha menyamai penyanyinya, semakin kelihatan bahwa suara kita ‘tidak enak’. Kenapa kata ‘tidak enak’ aku tandai? Karena ketidakenakan ini adalah korban dari upaya kita untuk menyamai penyanyinya. Jadi, belum tentu suara kita benar-benar tidak enak.
Keanehan terjadi saat aku bernyanyi diiringi oleh instrumen asli (bukan karaoke). Kualitas suaraku menjadi bagus kembali. Lho kok bisa? Pertama, bisa jadi karena musisinya keren, jadi dapat menyesuaikan dengan nada suaraku. Kedua, karena pada saat itu, aku bisa lepas dari penyanyi aslinya dan menunjukkan suaraku sendiri.
Berdasarkan pengalaman ini, bisa dimahfumi, kenapa para juri kompetisi bernyanyi sering menghimbau para kontenstan untuk menjadi diri sendiri dalam bernyanyi. Karena ketika terbawa oleh penyanyi aslinya, kita hanya bertaruh pada kualitas suara kita. Kalau musikalitas kita tinggi dan suara kita daptif dengan rentang berjuta oktaf, mengikuti penyanyi aslinya tak akan mengubah keindahan lagunya. Tapi jika suara kita tidak sama dengan penyanyi aslinya, maka akan kelihatan ‘belang’nya.
Inilah yang disebut dengan originalitas. Keaslian ini adalah modal untama untuk membangun karakter. Apapun profesi yang kita geluti, ketika kita menemukan originalitas kita, maka kita akan memiliki daya saing. Eksistensi kita akan mudah untuk diakui. Paling tidak, kita sendiri bisa melihat keunikan kita tersebut.
Menjadi Diri yang Asli atau Mencari Keaslian Diri?
Dalam sebuah sesi seminar, Radityadika pernah berujar, ketika menjadi penulis, jangan menulis seperti orang kebanyakan. Itulah yang dilakukan Radityadika. Namun tidak mudah untuk membedakan diri dengan orang lain. Kenapa kok hal ini sulit?
Pertama, mengidentifikasi ciri khas orang lain, akan membuat kita memperhatikannya. Ketika kita memperhatikannya, maka sangat mungkin malah justru kita terbawa oleh gayanya.
Kedua, kita harus mengidentifikasi keberadaan orang lain dengan berbagai ciri khasnya. Artinya, kita mengidentifikasi banyak karakter. Setelah teridentifikasi, kita harus mencari bedanya.
Ketiga, Â setiap orang itu unik. Ketika kita mengidentifikasi banyak orang, maka pada saat itu kita menemukan keunikannya. Hal ini berartis semakin menyulitkan kita menempatkan pada posisi yang berbeda. Semakin variatif orang lain, semakin sulit kita mencari perbedaan pada diri kita.
Namun demikian, yang perlu dicatat adalah, apakah kita berusaha membedakan diri kita dari orang lain, atau menemukan perbedaan diri kita dari orang lain? Ketika kita berusaha membedakan diri dengan orang lain, berarti kita menciptakan atau memunculkan sesuatu yang berbeda. Tapi jika kita berusaha mencari perbedaan, berarti kita tidak menciptakan perbedaan, tetapi berusaha menemukan perbedaan diri kita dari orang lain. Dua cara ini lebih banyak bersesuaian dengan kesulitan ketiga, yaitu setiap orang adalah unik.
Nah, berdasar kesulitan ketiga, yaitu setiap orang adalah unik, yang paling mudah untuk menjadi original adalah cara kedua, yaitu menemukan keunikan pada diri kita sendiri. Jika kita yakin dengan prinsip bahwa setiap orang adalah unik (individual differences), maka dengan sendirinya keunikan tersebut akan membedakan kita dari orang lain.
Karena itu, langkah yang perlu kita lakukan adalah: Pertama, temukan keunikan kita masing-masing. Kedua, terima keunikan tersebut sebagai bagian dari diri kita (jangan tergoda untuk menjadi sama, misalnya dengan membandingkan dan merasa diri di bawah orang lain). Ketiga, tonjolkan keunikan tersebut dengan cara merealisasikan dalam profesi, hobi, atau aktivitas yang kita lakuan.
Kalau Kamu, apakah lebih cenderung berusaha membedakan diri dari orang lain, atau mencari keunikan diri yang berbeda dari orang lain?
Artikel tentang Inspirasi (Insert) Lainnya:
- Dua Golongan Orang yang Mampu Menaklukkan Kehidupan
- Hijrah Membutuhkan Konsistensi
- Menjadi Bahagia dengan Membunuh Waktu. Bagaimana Caranya?
- Keluhan Dapat Menurunkan Kekebalan
- Cara Mengatasi Godaan Ikhlas
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- Menyiasati Ruang dan Waktu untuk Produktivitas
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- Belajar dari Moana, Berani Melampaui Ketidakpastian
- Bergerak dari Zona Masalah ke Zona Solusi
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- Berkubang dengan Masalah atau Membudayakan Solusi?
- Menghancurkan Tembok Penghalang dengan Tune In pada Aktivitas Pertama
- Now and Here, Cita-Cita Tak Sampai
- Persepsi Tanpa Komunikasi Bisa Menjadi Prasangka
- Cara Mengatasi Tekanan Fight Flight atau Flow Mana yang Efektif?
- Selalu Ada Jalan untuk Segala Keruwetan Hidup Asalkan Lakukan Hal Ini
- Krisis Jati Diri, Pangkal dari Semua Krisis
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Dumbo Disney, Ketidaksempurnaan yang Luar Biasa
- Menyikapi Hidup seperti Anak-anak
- Dalam Penciptaan, Imajinasi Bukan Basa-Basi
- Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Perbuatan Baik Dapat Kembali Memurnikan Hati
- Bagaimana Menjadi Produktif? Begini Prinsipnya
- Melalui Cobaan, Kita Lebih Mudah Mengenali Diri Sendiri
- Menyatunya Hablum Minallah dan Hablum Minannas
- Ketika Tidak Dipercaya, Bagaimana Cara Menciptakan Perubahan?
- Agar Nikmat Melimpah, Kita Membutuhkan Rasa Syukur yang Sesungguhnya
- Pergantian Tahun bukan Pergantian Tuhan
- Mengubah Keburukan Menjadi Kebaikan adalah Menciptakan Resonansi
- Sholat Tarawih, Perjuangan Membentuk Karakter
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- Cerita: Kaus Kaki Bolong
- Reaksi Spontan Atas Ketidaknyamanan Dapat Membentuk Pribadi Kita
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Tak Ada yang Sulit Jika Ada Kemauan Belajar
- Mempertanyakan Kekuasaan Tuhan
- Hidayah Tak Datang dengan Mudah
- CARA MUDAH Manajemen Waktu dalam Menghadapi Deadline
- 3K, Bahan Bakar untuk Lokomotif Kehidupan Kita
- 6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out
- Bagaimana #senja Bisa Menjadi Sumber Kebahagiaan?
- Niat Baik Meningkatkan Nilai Perkataan dan Perbuatan
- Manusia Dikendalikan Sistem Ciptaannya?
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- Jadilah Optimis seperti Anak-Anak
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- Bahaya Tagar Indonesia Terserah
- Menjadi yang BAIK, Tanpa Syarat
- Corona, Perpecahan Keyakinan yang Melelahkan dan Melemahkan
- Cerita: Harta Karun Mr. Crack
- Cerita: Menolong Nubi
- Neng Neng Nong Nang Neng Nong dari Mata Apresiatif Seorang Akhmad Dhani
- 3 Hal yang Menguatkan Nafsu dan Menumpulkan Akal
- Sayangnya, Kehidupan Nyata Itu....
- Pemilu Usai, Saatnya Berbuat untuk Negeri Ini
- Inspirasi dan Menjadi Diri Sendiri
- Penularan Kebaikan dan Keburukan untuk Diri Sendiri