Menjadi Bahagia dengan Membunuh Waktu. Bagaimana Caranya?
December 11, 2018 . by rudicahyo . in Inspirasi (Insert), Psikologi Populer . 0 Comments
Ada banyak kondisi, aktivitas, kejadian yang kadang tidak selalu sesuai harapan. Kadang hal tersebut mendatangkan kesedihan. Berbagai kesedihan datang secara alamiah dan sewajarnya ditanggapi secara alamiah pula. Segala bentuk penolakan dan pengingkaran akan membuat kita tidak bisa bahagia. Cara untuk menjadi bahagia adalah dengan membunuh waktu. Apa itu? Bagaimana caranya?
Beberapa pertanyaan tentang pengalaman kita sehari-hari, mungkin tidak mudah untuk kita jawab. Karena itu, sebelum kita berbicara tentang menghentikan waktu beserta caranya, mari kita jawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
- Sedang apa Kamu saat ini? Apakah Kamu benar-benar menyadarinya?
- Bagaimana rasanya air mandi di kulitmu?
- Apakah Kamu benar-benar merasakan sentuhan kulitmu di seprey tempat Kamu tidur?
- Ketika Kamu bersama keluarga, apakah Kamu benar-benar menikmati obrolannya?
- Bagaimana sesungguhnya rasa makanan yang sedang Kamu kunyah?
Apakah Kamu dapat menjawab beberapa pertanyaan di atas? Jika Kamu sudah menjawabnya, tanyakan secara lebih dalam, apakah jawabanmu didasarkan pada apa yang sedang terjadi atau karena Kamu memiliki jawaban umum untuk pertanyaan tersebut?
Ketika kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut atas dasar apa yang benar-benar sedang terjadi, maka kita sedang. berbahagia. Jika kita terbiasa melakukannya, maka kita terbiasa bahagia. Jita terus berlatih untuk menjawabnya beradasarkan kejadian yang benar-benar nyata, maka berarti kita sedang belajar menjadi bahagia. Lho kok bisa seperti itu?
Ketika kita benar-benar merasakan apa yang sedang terjadi, seperti apa yang sedang kita sentuh, apa yang sedang kita makan atau minum, apa yang sedang kita alami dan semacamnya, maka sesungguhnya kita sedang merasakan sebuah pemberian. Masih ingatkan dengan perkataan master Oogway yang mengatakan “Past is history, future is mistery, but present is presents”, “Masa lalu adalah sejarah, masa depan adalah misteri, dan sekarang adalah hadiah”. Dengan demikian, orang yang bahagia adalah orang yang hadir (present) dalam present (kini). Jika kita mengacu kepada ruang dan waktu, maka sama dengan now and here (kini dan di sini). Dengan kata lain, kita mengatakan bahwa orang yang merasakan kini dan di sini, berarti sedang merasakan pemberian atau hadiah. Orang merasakannya adalah orang yang bahagia.
![](https://rudicahyo.com/wp-content/uploads/2018/12/sand-watch.jpg)
Membunuh waktu adalah cara menjadi bahagia (foto: defeatparkinsons.com)
Pertanyaannya sekarang, bagaimana cara kita mencapai kebahagiaan kini dan di sini? Caranya adalah dengan membunuh waktu atau menghentikan waktu. Bagaimana caranya membunuh waktu? Berikut ini adalah tiga cara utama untuk membunuh waktu, yang dapat kita sebut 3B atau 3Ber.
1.Berarah
Berarah dapat diartikan punya tujuan. Tidak sekadar ada, tapi juga terjaga untuk menuju ke arahnya, tujuan kita. Atau dengan istilah lain, kita bisa mengatakan fokus. Karena itu, orang yang fokus terhadap apa yang sedang terjadi atau sedang dilakukan, maka orang tersebut akan menghayatinya, merasakannya, dan larut di dalamnya. Hal ini terkait (kalau tidak disebut menuju) kepada kondisi flow, yaitu kondisi larut dalam aktivitas yang sedang dilakukan.
2. Bersyukur
Bersyukur atau berterimakasih atas apa yang dimiliki, apa yang diberikan kepada kita. Terimakasih adalah cara kita menerima dan menggunakan pemberian. Terimakasih yang tulus akan membuat kita mengalami atau menggunakan pemberian tersebut dengan hati terbuka. Hati yang terbuka akan lebih mudah menerima kebahagiaan dan akan lebih lapang menampung berbagai perasaan, termasuk yang menyedihkan.
3. Berserah
Berserah adalah menyerahkan keputusan terbesar kepada Sang Penentu. Dalam Agama Islah disebut tawakal. Ini berbeda dengan pasrah yang bersifat fatalistik. Orang yang berserah sudah melakukan dua hal, berharap dan berusaha. Artinya, orang tersebut punya visi dan sudah melakukan usaha untuk mengejar visi tersebut. Selanjutnya, ada kekuatan lain tempat kita berserah, yaitu Tuhan. Kalaupun ada orang yang tidak eksplisit berserah pada Tuhan, berserah dapat juga diartikan sebagai keyakinan akan harmoni. Alam akan membalas tindakan yang kita lakukan. Semesta ini seimbang. Jika kita melakukan sebuah upaya untu mencapai cita-cita, maka semesta akan berusaha menyeimbangkan kembali dengan memasukkan usaha yang kita lakukan sebagai bagian dari keseluruhan sistem. Artinya, usaha apapun yang kita lakukan tidak pernah sia-sia.
Demikian cara membunuh waktu, untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup. Apakah Kamu pernah membunuh waktu? Atau Kamu punya cara sendiri untuk membunuh waktu atau meraih kebahagiaanmu?
Artikel tentang Inspirasi (Insert), Psikologi Populer Lainnya:
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Teori Belajar Behavioristik Edward Lee Thorndike
- Belajar Pembentukan Perilaku dengan Observational Learning Bandura
- Air Mata sebagai Emotional Release
- Reaksi Spontan Atas Ketidaknyamanan Dapat Membentuk Pribadi Kita
- Motif Mempengaruhi Loyalitas
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- The Philoshophers (After The Dark), Sebuah Pertarungan 'Kepala' dan 'Hati'
- Fixed Mindset dan Growth Mindset, yang Manakah Dirimu?
- Bagaimana Pola Ketergantungan Terbentuk?
- Paradoxical Intention, Terapi Diri dengan Menertawakan Rasa Sakit
- Sudut Pandang Psikologi: Pembentukan Karakter di Film Joker
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Peran Imajinasi di Tiga Area Penciptaan
- Bagaimana Seseorang Dapat Larut dalam Pekerjaan?
- Hati-Hati, Persepsi Negatif Bisa Menguasaimu!
- Hiper Realitas Media Sosial, Bagaimana Nasib Generasi Muda?
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- 5 Prinsip Pengelolaan Waktu Istirahat untuk Menghasilkan Tindakan Efektif
- 3 Cara Memfokuskan Kekuatan Diri
- 5 Faktor Penghambat Psikologis dalam Memulai Bisnis
- 3 Hal yang Menguatkan Nafsu dan Menumpulkan Akal
- Corona, Perpecahan Keyakinan yang Melelahkan dan Melemahkan
- Need Sebagai Motif dalam Hierarkhi Kebutuhan Maslow
- Bagaimana #senja Bisa Menjadi Sumber Kebahagiaan?
- Personal Well Being, Apa dan Bagaimana?
- Bagaimana Hierarchy of Needs Abraham Maslow Melihat Motif Berpuasa Kita?
- 6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out
- Pergantian Tahun bukan Pergantian Tuhan
- Abnormalitas adalah Normalitas yang Diingkari
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- Apakah Kita Benar-Benar Memiliki 'Me Time'?
- Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud
- Menyiasati Ruang dan Waktu untuk Produktivitas
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Kamu Menyebutnya Kesadaran
- Pemilu Usai, Saatnya Berbuat untuk Negeri Ini
- Teori Perkembangan Moral Kohlberg
- Belajar dari Moana, Berani Melampaui Ketidakpastian
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Zone of Proximal Development dan Scaffolding pada Teori Belajar Vygotsky
- Kekuatan Pikiran Kita Dapat Membentuk Orang Lain
- Ingin Merasa Bahagia dengan Aktivitas Kita? Hilangkan Variabel Waktu!
- Political Framing: Ketika Kalimat "Apa susahnya membawa anak Palestina ke sini?" Menjadi Populer
- Apakah Sigmund Freud Sex Oriented?
- Selalu Ada Jalan untuk Segala Keruwetan Hidup Asalkan Lakukan Hal Ini
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Bagaimana Psikologi Menganalisa Mimpi?
- Optimalisasi Internet Mengubah Struktur Ruang dan Waktu
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?
- Apa Dampak Berasumsi Negatif bagi Kesehatan Jiwa Kita?
- Kronologi Proses Keluhan Mengebiri Solusi
- Apa yang Melemahkan Determinasi Diri dalam Membuat Keputusan?
- Teori Belajar Operant Conditioning Skinner
- Benarkah Televisi Menyebabkan Keterlambatan Berbicara?
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- Inspirasi dan Menjadi Diri Sendiri
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Ketika Suami Bilang, "Lebih Cantik Istriku", Percaya?
- Apa Manfaat Mendengar Secara Aktif dan Empatik?
- Work-Life Balance Apakah Sebuah Fatamorgana?
- 3K, Bahan Bakar untuk Lokomotif Kehidupan Kita
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Dua Golongan Orang yang Mampu Menaklukkan Kehidupan
- Menjadi yang BAIK, Tanpa Syarat
- Agar Nikmat Melimpah, Kita Membutuhkan Rasa Syukur yang Sesungguhnya
- Perkembangan Moral Kohlberg
- Manusia Dikendalikan Sistem Ciptaannya?
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- Pola Adaptasi dan Pembentukan Mental Kita
- CARA MUDAH Manajemen Waktu dalam Menghadapi Deadline
- Menyatunya Hablum Minallah dan Hablum Minannas
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Cerita: Menolong Nubi
- Paradigma Berpikir Bisa Menjadi Candu
- Neng Neng Nong Nang Neng Nong dari Mata Apresiatif Seorang Akhmad Dhani
- Menghancurkan Tembok Penghalang dengan Tune In pada Aktivitas Pertama
- Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Menumbuhkan Imunitas dengan Optimis dan Antusiasme
- Bentuk Tulisan untuk Meredakan Kegalauan
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Melalui Cobaan, Kita Lebih Mudah Mengenali Diri Sendiri
- Bagaimana Mengelola Orang yang Bermasalah dengan Kita?
- 5 Jurus Lepas dari Stagnasi
- 5 Langkah Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Mengubah Keburukan Menjadi Kebaikan adalah Menciptakan Resonansi
- Dampak Individual dan Sosial dari Perfeksionisme
- Simplifikasi: Persiapan Menjadi Tester Handal untuk Psikotes
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Menyikapi Hidup seperti Anak-anak
- Bergerak dari Zona Masalah ke Zona Solusi
- 5 Kondisi Lingkungan Kerja yang Berdampak pada Pemberdayaan Diri
- Perbuatan Baik Dapat Kembali Memurnikan Hati