Dua Golongan Orang yang Mampu Menaklukkan Kehidupan
May 6, 2014 . by rudicahyo . in Inspirasi (Insert), Psikologi Populer . 1 Comments
Kehidupan itu seimbang dan isinya beraneka warna. Di dalamnya menyuguhkan tantangan yang harus dijawab. Ada yang berhasil menaklukkan, ada juga yang gagal. Namun ada dua golongan orang yang mampu menaklukkan kehidupan.
Kehidupan itu penuh dan beraneka warna. Arti penuh di sini, tak ada ruang hampa di dalamnya. Semuanya terisi. Bahkan ketika seseorang merasa hampa, maka isi dalam dirinya adalah kehampaan. Bukan tanpa definisi, kan? Ketika mengatakan hampa, maka sebenarnya orang tersebut tahu apa yang ada dalam dirinya, apa yang sedang terjadi padanya.
Kehidupan beraneka warna. Arti beraneka warna di sini juga mengandung sebagian dari sifat penuh. Artinya, isi yang penuh tersebut, juga beraneka warna. Selain mengandung arti penuh, juga mengandung arti seimbang. Aneka warna berarti juga bermakna harmonis. Keseimbangan antar komponen membuat hidup menjadi harmonis.
Kehidupan yang begitu indah, lentur dan menawarkan banyak tantangan adalah wajah yang menyapa. Manusia yang hidup di dalamnya juga seperti sedang menanggapi sapaan tersebut. Ada yang mengerutkan dahi, berwajah merah nan marah, tersenyum, bahkan ada juga yang dingin seperti besi rapuh yang dibekukan.
Berbagai cara menanggapi sapaan dunia tersebut kadang menuai hasil, namun kadang juga didera gagal. Sebenarnya ini tentang fit atau tidaknya sikap dan tindakan kita akan pengalaman, peristiwa, atau tantangan yang sedang disuguhkan. Tantangan yang rendah, kadang dihadapi dengan tensi yang tinggi, tegang dan penuh emosi. Sebaliknya, tantangan yang tinggi kadang ditanggapi dengan gemulai, santai, dan bermalas-malasan. Ketika cara menghadapi kehidupan sesuai dengan porsinya, maka orang akan harmonis dengan kehidupan, serba pas, berkecukupan.
Namun kadang orang merasa tak cukup hanya hidup serba berkecukupan. Banyak orang yang berjuang, bekerja keras untuk menaklukkannya. Satu kata yang menjadi ujung dari segala daya upaya, yaitu sukses atau berhasil. Ada dua golongan yang dapat menaklukkan kehidupan dengan baik, sehingga bisa mencapai ujung perjalanan yang diharapkan.
Golongan pertama adalah yang paling populer, yaitu mereka yang berjuang. Ini adalah tindakan yang paling banyak dilakukan. Kata orang, no pain no gain, tanpa pengorbanan tak akan mendapatkan hasil. Cara ini diwariskan dari generasi ke generasi, baik oleh kakek-nenek moyang atau orangtua yang pekerja keras, maupun yang malas. “Gantungkan cita-citamu setinggi langit. Kejarlah sampai ke negeri China”, kita pasti sering mendengarnya, bukan?
Golongan berikutnya, yang tidak begitu populer, bahkan tidak pernah diajarkan dan diwariskan kepada anak-anak adalah golongan yang ‘menikmati kehidupan’. Arti ‘menikmati kehidupan’ ini memang bukan harfiah. Maksudnya bukan golongan orang yang bersantai dan bermalas-malasan, tetapi golongan orang yang boleh dibilang bersyukur. Golongan ini menikmati setiap tetes pemberian, merasakan setiap helah nafas, dan berterimakasih atas terbukanya mata di pagi hari.
Kenapa golongan kedua ini dikatakan dapat menaklukkan kehidupan, padahal seharusnya yang menggenggam dunia adalah golongan yang pertama? Golongan yang kedua adalah mereka yang mensyukuri nikmat. Olokan dunia, cercaan kehidupan, cobaan, tantangan, dihadapi dengan senyuman. Sepertinya terdengar lebay. Namun golongan kedua memang menaklukkan kehidupan dengan cara berdamai dengan kenyataan. Seandainya kehidupan mengajak berantem, golongan ini akan merangkulnya, mengajak minum teh dan ngobrol dengan santai. Ibarat kata, kalau dunia sibuk mencela agar kita merasa panas, tertindas dan menjadi beringas, maka dunia sedang dihadapkan pada kegagalan. Orang yang bersyukurlah yang mengalami keberhasilan.
Itulah dua golongan yang berhasil menaklukkan dunia dengan karakteristik, sikap dan tindakannya. Kamu masuk golongan yang mana? Atau jangan-jangan tidak masuk kedalam keduanya? Atau malah masuk kedalam kedua-duanya?
Artikel tentang Inspirasi (Insert), Psikologi Populer Lainnya:
- Abnormalitas adalah Normalitas yang Diingkari
- Paradoxical Intention, Terapi Diri dengan Menertawakan Rasa Sakit
- 5 Faktor Penghambat Psikologis dalam Memulai Bisnis
- Ingin Merasa Bahagia dengan Aktivitas Kita? Hilangkan Variabel Waktu!
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Mekanisme Pertahanan Ego dalam Psikoanalisa Freud
- Kamu Menyebutnya Kesadaran
- Now and Here, Cita-Cita Tak Sampai
- Perkembangan Moral Kohlberg
- Inspirasi dan Menjadi Diri Sendiri
- CARA MUDAH Manajemen Waktu dalam Menghadapi Deadline
- Paradigma Berpikir Bisa Menjadi Candu
- Hati-Hati dengan Pembentukan Karakter oleh Teroris
- Apa yang Melemahkan Determinasi Diri dalam Membuat Keputusan?
- Benarkah Televisi Menyebabkan Keterlambatan Berbicara?
- Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud
- Apa Manfaat Mendengar Secara Aktif dan Empatik?
- Mengubah Keburukan Menjadi Kebaikan adalah Menciptakan Resonansi
- Psikologi Humanistik: Dengan Teknologi, Belajar Dimanapun Bisa Dibagi
- Bersujud adalah Obat Psikologis yang Ampuh
- Penting Diketahui Psikolog: Alur Asesmen dan Intervensi
- Ketika Tidak Dipercaya, Bagaimana Cara Menciptakan Perubahan?
- Bagaimana Film Amazing Spiderman di Mata Psikologi?
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Ingin Memiliki Daya Saing? Jadilah Diri yang Original
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?
- 5 Jurus Lepas dari Stagnasi
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Cerita: Harta Karun Mr. Crack
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- Hilangnya 3 Hal yang Menjauhkan Diri dari Kebahagiaan
- Need Sebagai Motif dalam Hierarkhi Kebutuhan Maslow
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- Bagaimana Hierarchy of Needs Abraham Maslow Melihat Motif Berpuasa Kita?
- 5 Cara Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- 7 Efek Tertawa dari Hati
- Belajar Pembentukan Perilaku dengan Observational Learning Bandura
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- Penularan Kebaikan dan Keburukan untuk Diri Sendiri
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Air Mata sebagai Emotional Release
- Dampak Individual dan Sosial dari Perfeksionisme
- Corona, Perpecahan Keyakinan yang Melelahkan dan Melemahkan
- Ikigami (Death Notice), The Ultimate Limit, Eksistensi Diri Menjelang Kematian
- KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi
- Optimalisasi Internet Mengubah Struktur Ruang dan Waktu
- Tabula Rasa, Apakah Anak-Anak Sehelai Kertas Putih?
- Niat Baik Meningkatkan Nilai Perkataan dan Perbuatan
- Menguasai Emosi Orang Lain melalui Disonansi Kognitif
- Menjadi yang BAIK, Tanpa Syarat
- 3K, Bahan Bakar untuk Lokomotif Kehidupan Kita
- Manusia Dikendalikan Sistem Ciptaannya?
- Bagaimana Psikologi Menganalisa Mimpi?
- Dumbo Disney, Ketidaksempurnaan yang Luar Biasa
- Hijrah Membutuhkan Konsistensi
- Ketika Suami Bilang, "Lebih Cantik Istriku", Percaya?
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Apa Dampak Berasumsi Negatif bagi Kesehatan Jiwa Kita?
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Apakah Sigmund Freud Sex Oriented?
- Cara Mengatasi Tekanan Fight Flight atau Flow Mana yang Efektif?
- Punya Banyak Waktu Luang? Hati-Hati dengan Bahaya Menganggur
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud
- Bagaimana Melakukan Eksekusi Ide yang Jumlahnya Banyak?
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Mencegah Kecemasan Akibat Over Antisipasi
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- Cara Mengatasi Godaan Ikhlas
- Peran Imajinasi di Tiga Area Penciptaan
- Pergantian Tahun bukan Pergantian Tuhan
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Kekerasan Seksual pada Anak di Mata Psikologi
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- Pemilu Usai, Saatnya Berbuat untuk Negeri Ini
- Teori Belajar Behavioristik Edward Lee Thorndike
- Pentingnya Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- 5 Prinsip Pengelolaan Waktu Istirahat untuk Menghasilkan Tindakan Efektif
- Apakah Kita Benar-Benar Memiliki 'Me Time'?
- 5 Langkah Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Tiga Cara Meningkatkan Motivasi dari Dalam Diri
- Bagaimana Seseorang Dapat Larut dalam Pekerjaan?
- Manfaat Berlibur untuk Kesehatan Psikologis
- Cerita: Kaus Kaki Bolong
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Pengalaman Kecil yang Menguatkan Hubungan dengan Pasangan
- Neng Neng Nong Nang Neng Nong dari Mata Apresiatif Seorang Akhmad Dhani
- Pentingnya Memahami Term dan Definisi dalam Membuat Laporan Psikologi
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- 3 Hal yang Menguatkan Nafsu dan Menumpulkan Akal
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- Menghancurkan Tembok Penghalang dengan Tune In pada Aktivitas Pertama
- Efek Akun Pencitraan Buat Pemiliknya
- Teori Perkembangan Moral Kohlberg
One Trackback
[…] Baca selengkapnya… […]