Bagaimana Sikap yang Tepat terhadap Cara Bermain Anak?
February 27, 2013 . by rudicahyo . in Parenting . 0 Comments
Cara bermain anak itu unik. Anak paling tahu cara bermain, meskipun orang dewasa sangat tahu aturan main. Lebih sering keduanya tidak ketemu. Bagaimana seharusnya orangtua menyikapinya cara bermain anak?
Bersama anaknya yang masih 1.5 tahun, Bu Titin pergi ke lapangan di depan rumahnya. Lapangan ini biasanya digunakan badminton. Di tengah lapangan, ada net yang setinggi ukuran net bulu tangkis. Karena ada net, maka Bu Titin bermaksud mengajak anaknya main voli.
Bu Titin menuju seberang net, sementara anaknya berada di sisi yang lain. Bola dipegang anaknya. Si anak sudah bersiap-siap akan melemparkan bola. Bu Titin bersiap menyambut. Dan ternyata, Si anak melemparkan bolahnya ke arah net, bukan lewat atasnya. Ia sepertinya bermaksud memasukkan bola melalui lubang-lubang net. Karena lubangnya tidak cukup untuk bola, maka ia mengulangi lagi. Bola selalu terpantul. Karena bolanya memantul terus, maka anak selalu melemparkan ke net untuk bermain pantul-pantulan bola.
Bu Titin yang melihat anaknya melakukan hal yang tak biasa, kebosanan karena lama menunggu anaknya melempar bola melalui atas net. Bu Titin bergegas ke seberang net, tempat anaknya berada. Ia menuntun tangan anaknya yang sedang memegang bola, untuk melemparkannya ke atas net. Tangan anak serasa kaku. Sepertinya anak menolak. Bu Titin memaksanya dengan tenaga yang lebih kuat. Karena anak merasa ibunya menuntunnya dengan sangat kuat, ia marah. Anak menjerit dan menangis. Ibunya bersikukuh memberi tahu anaknya, bahwa cara mainnya ya dengan melemparkannya melewati atas net.
Kalau saya jadi anaknya Bu Titin, saya akan bilang, “Mama, saya tahu Mama ingin mengajak saya main bola voli. Saya tahu cara mainnya dengan memukul bola melalui atas net. Tapi yang sedang aku mainkan ini bukan bola voli. Ini namanya pantulan bola-bola naga”. Kalau saja anaknya bisa bilang seperti itu, mungkin Bu Titin baru menyadari kesalahannya. Atau malah merasa anaknya aneh? Kalau Kamu jadi Bu Titin bagaimana?
Ilustrasi cerita Bu Titin dan anaknya menunjukkan bawah anak dan orang dewasa berpikir dengan cara yang berbeda. Buat anak, semuanya serba baru. Apa yang ia lihat adalah baru. Yang ia pikirkan dan rasakan adalah baru. Karena baru, maka tidak haram buat anak untuk memberi label apapun untuk sesuatu yang baru ia kenal. Bahkan anak sebenarnya tidak melabeli. Jika menurutnya menarik, maka itu yang ia ambil. Begitu juga dengan cara yang ia kerjakan. Jika menurutnya itu asik, ya seperti itu cara yang mereka tempuh.
Bu Titin menggunakan cara berpikirnya, sudut pandang orang dewasa. Orang dewasa sudah terbentuk oleh pengetahuan yang ia miliki, pengalaman yang telah ia jalani dan ingatan yang telah mereka simpan sekian lama. Semuanya serba biasa buat Bu Titin. Karena sudah menjadi kebiasaan, maka seperti itulah yang benar. Akibatnya, apa yang dilakukan oleh anak dianggap aneh, karena tidak seperti yang biasa diketahui atau dilakukan oleh Bu Titin.
Sebagai orangtua atau orang yang lebih dewasa, maka kita seharusnya:
1. Melihat dengan sudut pandang anak
Seperti yang aku sebutkan sebelumnya, melihat dengan sudut pandang anak berarti melihat segala sesuatu tampak baru. Kita melihat dengan rasa ingin tahu dan tanpa praduga.
2. Hilangkan asumsi
Memang tidak mungkin menghilangkan sama sekali asumsi kita. Tapi kita bisa menahannya untuk sementara. Asumsi kita dengan kenyataan yang sedang dilakukan anak adalah dua hal yang berbeda, bisa dibandingkan, tetapi bukan untuk saling meniadakan atau menggantikan. Â Aritnya apa? Apa yang kita asumsikan benar, tidak lantas menggantikan apa yang oleh anak dianggap benar.
3. Munculkan rasa penasaran dalam diri
Jika anak melakukan sesuatu yang tak biasa, boleh juga sih kalau dianggap aneh. Tetapi tetap dengan cara pandang yang positif, memandang keanehan sebagai keunikan. Karena itu, terus cari tahu, apa sebenarnya yang dilakukan anak.
4. Temukan bagian yang menarik
Amati apa yang dilakukan oleh anak. Apapun istilah yang mungkin diberikan atas perilaku anak, lihat dengan penuh ketertarikan. Kita perlu berlatih untuk melihat dari sisi menariknya. Sepertinya mudah, tapi jika tidak terbiasa, kita akan terpancing untuk merevisi, melakukan pembenahan, bahkan menyalahkan.
5. Ikuti ritme permainan anak
Jika kita sudah bisa berpikir ala anak, maka kita harus ikut juga merasakan seperti apa yang dirasakan oleh anak. Meski tidak persis, tapi kita bisa mengondisikan diri menjadi antusias dengan permainan. Cobalah ikut bermain dengan cara anak secara ekspresif. Berdayakan seluruh gerak tubuh, sehingga kita menjadi antusias. Temuakn nikmatnya permainan tersebut. Buat diri kita merasa nyaman dengannya.
Demikian seharunya tindakan kita atas cara bermain anak yang unik. Bagaimana pendapat Kamu, apakah Kamu punya strategi keren untuk menyikapi cara bermain anak? Bagi dong di sini!
Artikel tentang Parenting Lainnya:
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak
- Bahaya Ancaman Bagi Anak
- Berikan Alasan Realistis untuk Anak
- Dampak Atmosfir Egaliter bagi Rasa Percaya Diri Anak
- Bagaimana Mengelola Keinginan Anak untuk Berbelanja?
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- 6 Alasan Menghindari Intimidasi kepada Anak
- 5 Kesalahan Orangtua yang Melukai Kepercayaan Diri Anak
- Trans Membantu Induksi Nilai pada Diri Anak
- Tips Mengubah Perilaku Anak dengan Memperbanyak Variasi Pilihan
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Haruskah Dongeng Sebelum Tidur?
- Kenapa Imajinasi Anak Itu Penting?
- Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?
- Tips Mengendalikan Kekhawatiran terhadap Anak
- Apakah Membacakan Buku Sejak Dalam Kandungan Akan Membuat Anak Gemar Membaca?
- Menjatuhkan Mental Anak, Sering Tidak Disadari
- WAJIB TERUS DITUMBUHKAN Kesadaran Parenting sebagai Bentuk Pendidikan Pertama
- Rahasia Parenting: Mengelola Perilaku Super Aktif Anak
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- Untuk Masa Depan Anak, Berkorbanlah!
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- Kendala Membangun Atmosfir Egaliter dalam Keluarga
- Menggunakan Sudut Pandang Anak untuk Lebih Memahami Anak
- Kesesatan Orangtua dalam Memandang Perkembangan Anak
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Seperti Orang Dewasa, Anak Juga Mengenal Kesepakatan
- Kenapa Anak mengalami Kelekatan yang Tidak Aman?
- Kesulitan Orangtua Mengajak Anak Kembali ke Sekolah Pasca Libur
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Pujian yang Salah dapat Menjerumuskan Anak
- Bagaimana Menggunakan Kata JANGAN untuk Anak?
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- Asumsi Negatif Dapat Melemahkan Mental Anak
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Semua Orangtua Punya Anak Kreatif
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola
- 5 Dampak Ketidakpercayaan kepada Anak
- 3 Modal Utama Anak Aktif
- Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Anak Marah?
- Mengapa Kata JANGAN Boleh Digunakan?
- Apa Dampak Pelayanan Berlebihan untuk Anak?
- Bahasa Positif Menciptakan Perubahan Positif pada Perilaku Anak
- Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- Tentang Pengasuhan, Mau Ketat atau Longgar?
- Bagaimana Menemukan dan Mengenali Potensi Anak?
- Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
- Membandingkan Anak Lebih Sering Tak Disadari
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- Mengungkit Kelemahan, Menghilangkan Kekuatan
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Bagaimana Anak Belajar Memiliki Kelekatan yang Sehat?
- 5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying
- Hubungan Ayah Bunda dan Pengaruhnya Buat Perkembangan Anak
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Apa Dampaknya Jika Salah Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Pendidikan Anak: Apa Tindakan Awal yang Tepat Ketika Anak Melakukan Kesalahan?
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan
- Benarkah Anak Kita Mengalami Bullying?
- Modal Dasar Pengasuhan
- Meluruskan Makna Egaliter dalam Keluarga
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Bagaimana Memberikan Bantuan yang Mendidik untuk Anak?
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Manfaat Apresiasi untuk Anak
- Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Reaksi yang Harus Dihindari Orangtua Saat Anak Mengalami Bullying
- Kesalahan dalam Memandang Gadget untuk Anak
- Pentingnya Menepati Janji kepada Anak
- Pengembangan Diri yang Paling Murni
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- Memilih Sekolah untuk Anak: Antara Kualitas, Gengsi, dan Kemampuan Keuangan
- Bagaimana Terjadinya Penularan Sifat Orangtua kepada Anak?
- Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
- Bolehkah Memarahi Anak?
- 5 Alasan Fundamental Kenapa Membudayakan Membaca pada Anak Sangat Penting?
- Kenapa Orangtua Kesulitan Melakukan Pendidikan Seks Usia Dini?
- Bahaya Mendikte Anak bagi Keberanian dan Kreativitas
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Cara Mengendalikan Kemarahan Kita kepada Anak
- Bagaimana Bertanggung Jawab atas Keseriusan Anak?
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak