Dumbo Disney, Ketidaksempurnaan yang Luar Biasa
July 6, 2019 . by rudicahyo . in Inspirasi (Insert), Review | Resensi . 0 Comments
Sudah nonton film Dumbo yang diproduksi oleh Disney? Tahu tidak, film ini berkisah tentang apa? Ya seekor gajah yang dikaruniai telinga yang sangat lebar, sebuah ketidaksempurnaan yang luar biasa. Bagaimana lengkapnya?
Sudah lama tidak meresensi film nih. Terakhir yang direview adalah film Wreck It Ralph 2Â (baca review dan maknanya di sini). Nah, kali ini kita akan bahas tentang film berjudul Dumbo yang diproduksi oleh Disney. Sebelum membahas tentang isinya, berikkut ini ada sinopsis yang saya ambilkan dari IMDB.
Terlahir tidak sempurna bukan berarti sebuah masalah. Begitu yang dialami Dumbo, seekor gajah kecil yang terlahir dengan telinga yang tidak normal, sangat lebar. Hal yang sama juga dialami oleh Holt Farrier (Colin Farrell), seorang mantan pemain sirkus dari Kentucky, yang harus merawat Dumbo dengan hanya menggunakan tangan kanan.
Bukan main berat pekerjaan Holt karena gajah ini sangat unik. Telinganya besar, dan kerap jadi bahan ejekan. Apalagi, sang pemilik sirkus Max Medici (Danny DeVito) terus memaksa Holt menghasilan uang meskipun kondisi gajah tersebut tidak ‘normal’.
Namun, tidak dengan kedua anak Farrier, mereka memilih untuk berteman dengan si gajah kecil ini. Diberi nama Dumbo, gajah kecil ini dilatih untuk tampil dalam permainan sirkus meskipun awalnya sangat sulit baginya.
Ketika sedang merawat Dumbo, betapa terkejutnya kedua anak Farrier ketika mengetahui bahwa Dumbo bisa terbang dengan kedua telinganya yang sangat besar itu. Kabar ini terdengar hingga pengusaha sirkus besar bernama Vandevere (Michael Keaton).
Ia dan pemain sirkus akrobatiknya bernama Colette Merchant (Eva Green), akhirnya datang dan berambisi menjadikan Dumbo bintang besar di Dreamland, sirkus ternama di sebuah kota besar.
Sayangnya, di balik gemerlap indah Dreamland terdapat banyak rahasia-rahasia gelap. Apa yang terjadi terhadap Dumbo setelah pindah ke Dreamland? Bagaimana Vandevere memperlakukan Dumbo agar bisa menjadi ‘bintang besar’ dan memenuhi keinginannya?
Meskipun sedikit dibumbui oleh pesan kebebasan mengejar cita-cita dan keterjebakan kepada pekerjaan yang sudah diwariskan turun-temurun, tapi bukan itu inti pesan dari film ini. Ya, sedikit bumbu pesan itu ketika anak Holt ingin mengejar cita-citanya sebagai ilmuwan, Holt lebih menghendaki tetap berada dalam pekerjaan kebanggaan yang sudah dilestarikan, sebagai pemain sirkus.
Pesan dari film ini lebih menyoroti perbedaan yang dipandang sebagai kekurangan. Sudah menjadi barang lazim jika perbedaan itu disebut penyimpangan. Jika kita tidak sama dengan orang kebanyakan, maka itu dicap sebagai kelainan. Dan tentu saja kelainan serupa dengan penyakit. Dampaknya, semua orang dapat memandang miring kekurangan tersebut.
Begitu juga dengan Dumbo yang terlahir dengan telinga sangat lebar. Untuk ukuran gajah kecil, Dumbo lahir dengan telinga yang lebarnya meleihi gajah dewasa. Tentu saja kondisi ini menjadi bahan olokan. Debut tampilan Dumbo di dunia sirkus mendapatkan ejekan dan tertawaan. Sebagai gajah kecil, Cacian itu bukan menjadi fokus perhatian Dumbo. Ia hanya ingin bersama, tidak ingin sendiri. Ia ingin tetap berada dekat dengan ibunya, sementara pada saat itu ibunya dijual oleh pemilik sirkus. Pada saat fokus kepada keinginannya tersebut, Dumbo menemukan kemampuannya yang luar biasa, yaitu menjadikan telinganya sebagai sayap. Ia bisa terbang.
Telinga yang lebar ini jika tidak disadari sebagai kelebihan, sampai kapanpun akan diratapi sebagai kelemahan. Seperti halnya orang dengan kelebihan yang tidak lumrah, kadang menjadi bahan cibiran. Akibatnya anak yang memiliki kelainan aka kelebihan ini semakin berkeciil hati. Ketika kelebihannya tersebut disembunyikan karena tekanan, maka sangat mungkin terjadi pemadaman atau tidak terasahnya kelebihan tersebut. Orang dapat terjebak pada sebuah pilihan yang sama sekali tidak ia inginkan, tidak menjadi dirinya.
Karena itu, kita perlu untuk bersikap alamiah sebagaimana Tuhan memeberikan segala sesuatunya kepada kita. Begitu juga lingkungan anak, seyogyanya memberikan kesempatan agar anak dapat menunjukkan bakatnya. Ketika bakat sudah terlihat, maka dukungan selanjutnya dapat diberikan untuk pengembangan.
Demikian pesan singkat yang disajikan oleh film Dumbo, disamping juga pesan eksplisit untuk membebaskan hewan dari ekspoitasi. Apakah Kamu sudah nonton film Dumbo? Adakah pesan lain yang kamu tangkap dalam film itu?
Artikel tentang Inspirasi (Insert), Review | Resensi Lainnya:
- Persepsi Tanpa Komunikasi Bisa Menjadi Prasangka
- Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- Bagaimana Menjadi Produktif? Begini Prinsipnya
- Cerita: Harta Karun Mr. Crack
- Neng Neng Nong Nang Neng Nong dari Mata Apresiatif Seorang Akhmad Dhani
- Menyikapi Hidup seperti Anak-anak
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- Dalam Penciptaan, Imajinasi Bukan Basa-Basi
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- Manusia Dikendalikan Sistem Ciptaannya?
- Resensi Buku: KKN di Desa Penari oleh Simpleman
- 3K, Bahan Bakar untuk Lokomotif Kehidupan Kita
- Film Rekomendasi untuk Hari Guru
- Mempertanyakan Kekuasaan Tuhan
- Tak Ada yang Sulit Jika Ada Kemauan Belajar
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Ujian Bagi Kebaikan di Squid Game
- Corona, Perpecahan Keyakinan yang Melelahkan dan Melemahkan
- Pelajaran Berharga dari Film Soekarno
- Now and Here, Cita-Cita Tak Sampai
- Resensi Buku: Novel Laiba dan Nasir dari Bang Bule Official
- Niat Baik Meningkatkan Nilai Perkataan dan Perbuatan
- Penularan Kebaikan dan Keburukan untuk Diri Sendiri
- Jadilah Optimis seperti Anak-Anak
- Cara Mengatasi Tekanan Fight Flight atau Flow Mana yang Efektif?
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- 6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out
- Cara Mengatasi Godaan Ikhlas
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- Keluhan Dapat Menurunkan Kekebalan
- Dua Golongan Orang yang Mampu Menaklukkan Kehidupan
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- Ketika Tidak Dipercaya, Bagaimana Cara Menciptakan Perubahan?
- Menjadi Bahagia dengan Membunuh Waktu. Bagaimana Caranya?
- Menyiasati Ruang dan Waktu untuk Produktivitas
- Selalu Ada Jalan untuk Segala Keruwetan Hidup Asalkan Lakukan Hal Ini
- 3 Hal yang Menguatkan Nafsu dan Menumpulkan Akal
- Hijrah Membutuhkan Konsistensi
- Bahaya Tagar Indonesia Terserah
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- CARA MUDAH Manajemen Waktu dalam Menghadapi Deadline
- Pergantian Tahun bukan Pergantian Tuhan
- Bagaimana #senja Bisa Menjadi Sumber Kebahagiaan?
- Belajar dari Moana, Berani Melampaui Ketidakpastian
- Melalui Cobaan, Kita Lebih Mudah Mengenali Diri Sendiri
- Menjadi yang BAIK, Tanpa Syarat
- Agar Nikmat Melimpah, Kita Membutuhkan Rasa Syukur yang Sesungguhnya
- Mengubah Keburukan Menjadi Kebaikan adalah Menciptakan Resonansi
- Bagaimana Film Amazing Spiderman di Mata Psikologi?
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- Cerita: Menolong Nubi
- Bergerak dari Zona Masalah ke Zona Solusi
- Sholat Tarawih, Perjuangan Membentuk Karakter
- Reaksi Spontan Atas Ketidaknyamanan Dapat Membentuk Pribadi Kita
- Ingin Memiliki Daya Saing? Jadilah Diri yang Original
- Menyatunya Hablum Minallah dan Hablum Minannas
- Perbuatan Baik Dapat Kembali Memurnikan Hati
- Inspirasi dan Menjadi Diri Sendiri
- Hidayah Tak Datang dengan Mudah
- Apartemen 12A-05, Cerita Horor atau Detektif? (Resensi Buku)
- Sayangnya, Kehidupan Nyata Itu....
- Cerita: Kaus Kaki Bolong
- Pemilu Usai, Saatnya Berbuat untuk Negeri Ini
- Menghancurkan Tembok Penghalang dengan Tune In pada Aktivitas Pertama
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Berkubang dengan Masalah atau Membudayakan Solusi?
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- Krisis Jati Diri, Pangkal dari Semua Krisis