Belajar Bilingual Sejak Dini
March 1, 2014 . by rudicahyo . in Creative Learning, Parenting . 0 Comments
Anak belajar bilingual adalah sesuatu yang biasanya diinginkan oleh orangtua. Orangtua senang jika anaknya menguasai lebih dari satu bahasa. Bagaimana belajar bilingual untuk usia dini di rumah?
Dalam sebuah obrolan dengan teman yang ingin mengajari anaknya berbahasa Inggris sejak dini, ada pertanyaan menarik dari temanku tersebut. Ada banyak kasus berkenaan dengan belajar bilingual sejak dini di rumah. Salah satunya seperti yang diceritakan oleh temanku ini. Ia khawatir, anaknya justru akan terhambat dalam berbicara. Katanya, ada banyak kasus yang orangtuanya mengajari dua bahasa, anaknya malah terbata-bata dalam berbicara.
Mengajari anak bilingual memang tidak bisa dipukul rata seperti mengajarkannya di sekolah. Setiap anak punya karakteristiknya sendiri dalam belajar, termasuk belajar bahasa. Sebenarnya di sekolahpun seharusnya bisa memperhatikan modalitas dan karakteristik murid. Meskipun sulit memperhatikan perbedaan setiap anak (individual differences), kita tetap bisa memperhatikan polanya, misalnya dengan membuat pemetaan.
Namun sebagai pedoman, kita bisa belajar dulu tentang zone of proximal development, khususnya wilayah belajar berbicara dan berbahasa. Di setiap tahap perkembangan yang menunjukkan kemampuan tertentu dalam berbicara dan berbahasa, bisa menjadi modal untuk memulai belajar bilingual.
Sejak lahir, anak-anak sudah memiliki kemampuan mendengar suara dan meresponsnya. Kemampuan mendengar memang sudah diberikan sebelum anak  dilharikan. Janin usia 20 minggu sudah bisa merasakan dan merespon perubahan di lingkungannya. Karena itu, anak sudah bisa diajarkan untuk berbicara dan berhabahasa. Anak sudah punya struktur untuk belajar bicara dan berbahasa. Hanya saja, cara yang diterapkan tentu berbeda di setiap usia atau di setiap karakteristik yang dimiliki anak.
Karena anak berkembang secara bertahap dengan kecepatan yang berbeda-beda, maka usia hanya sebagai pedoman saja. Yang terpenting adalah kita memperhatikan karakteristik dari tahap.
Fase sebelum kata (8 minggu – 10 bulan)
Pada fase ini, anak berkeinginan menungkapkan sesuatu yang sifatnya sangat fisiologis dan emosional dengan caranya. Misalnya anak lapar dan diekpresikan dengan tangisan dengan bunyi tertentu. Selain itu, anak juga mulai mengucapkan bunyi-bunyi lucu, seperti ‘eh’, ‘oh’, ‘ah’ dan semacamnya. Sekitar 28 minggu, anak sudah mulai mengucapkan suku kata secara jelas, seperti ‘ba’, ‘ma’, ‘pa’ dan semacamnya.
Akan lebih baik jika kemampuan ini berkembang secara alami. Maksudnya, bukan berarti kita tidak mengajari berbahasa, namun kita hanya menyajikan stimulus wicara dan bahasa. Kita buat anak familiar dengan pembicaraan, tetapi tidak perlu mengajari kata-kata, apalagi berbicara. Kita tidak perlu mengajarkan “Ini pillow, bantal”, atau “Ini bantal atau pillow”, apalagi jika bilang “Ini bantal. Bahasa Inggrisnya pillow” atau sebaliknya. Ini mungkin mengajak anak melompat dengan cara kita yang tentu saja tidak nyaman buat anak. Biarkan saja anak mendengarkan pembicaraan kita. Jika ingin membuat anak familiar dengan bahasa asing, maka kita juga terbiasa memperdengarkannya dalam percakapan di sekitar anak.
Anak mulai mengucapkan sepatah kata bermakna (10 bulan – 1 tahun)
Sejak usia 48 minggu, anak mulai mengucapkan sepatah kata bermakna. Boleh dibilang, ini adalah persiapan dasar untuk berbicara. Di usia ini, anak juga mulai mengerti instruksi sederhana, seperti ‘bye’ atau bermain ‘cilukba’. Anak juga bisa menirukan binatang, seperti ‘ck’, ‘guk’, ‘kuk’.
Pada fase ini, strategi kita pada dasarnya tidak berubah. Kita tetap menjadikan bahasa kedua menjadi familiar. Namun boleh ditambah dengan penekanan. Misalnya ketika kita bilang “It’s so big” sambil menunjukkan dengan gerakan tangan dan ekspresi bahwa ada sesuatu yang besar. Bisa juga ketika mendekati anak yang beru saja berdandan dan memegang pipinya sambil bilang, “beautiful”. Bisa juga digunakan untuk hal-hal yang lebih abstrak, misalnya suasana atau perasaan, seperti “So hot!” (sambil terengah) atau “I’m happy” (disertai ekspresi yang ceria).
Fase referensif dan mengucapkan beberapa patah kata bermakna (1 – 1,5 tahun)
Fase referensif boleh juga disebut sebagai fase korespondensi kata. Artinya, kata-kata yang kita ucapkan menunjuk pada benda tertentu. Namun korespondensi kata ini juga bersesuaian dengan tahap perkembangan kognitif (baca juga tahap perkembangan kognitif Bruner). Karena itulah ada korespondensi kata dengan benda, korespondensi kata dengan gambar, dan korespondensi kata dengan simbol.
Melanjutkan fase sebelumnya, penekanan antara kata dan sesuatu yang ditunjuk, dapat diperkuat di tahap ini. Namun pada tahap ini, kita sudah lebih bisa leluasa untuk belajar kosa kata, misalnya menepuk atau menunjuk benda sambil mengatakan ‘pillow’, ‘door’, ‘chair’ dan sebagainya. Namun secara kuantitas perlu diatur, jangan terlalu banyak. Pada saat ini (18 bulan), anak bisa memaknai 10 kata. Namun dalam konteks belajar bilingual, kita bisa ‘bermain’ maksimal separohnya.
Penambahan kosa kata secara progresif (> 1,5)
Fase penambahan kosa kata secara progresif berarti penambahan sekitar 30 – 300 kata. Ini berkembang seiring bertambahnya usia. Pada usia 1,5 – 3 tahun, kita bisa mulai mengajak anak berbicara, terlepas bagaimana cara anak menanggapi. Namun, untuk usia sekitar 3 – 7 atau 8 tahun, memang lebih efektif jika bahan pembicaraannya bersifat konkrit dan sederhana. Baru setelah 8 tahun lebih, kita bisa mengombinaksikan pembicaraan dengan bahan-bahan yang abstrak, misalnya berhubungan dengan ‘kesetaraan’, ‘keserasian’, ‘keindahan’, ‘keromantisan’ dan sebagainya.
Demikian, cara kita memfasilitasi anak dalam belajar bilingual sejak dini di rumah. Semoga bisa membantu. Jika ada yang perlu ditambahkan, seilahkan tuliskan di bagian komentar. Selanjutnya tulisan ini akan aku edit untuk menjadi lebih sempurna.
Artikel tentang Creative Learning, Parenting Lainnya:
- Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
- Rahasia Parenting: Mengelola Perilaku Super Aktif Anak
- Kenapa Orangtua Kesulitan Melakukan Pendidikan Seks Usia Dini?
- Aktivasi Kelas untuk Efektifitas Belajar
- Apa Dampaknya Jika Salah Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Untuk Masa Depan Anak, Berkorbanlah!
- PowerPoint HANYA Alat Presentasi, BUKAN Tujuan Belajar
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- Bagaimana Memandu Fasilitasi Belajar Secara Total?
- Harga Sebuah Kesempatan bagi Anak
- Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
- Melarang Anak dengan Pilihan Kata yang Tepat
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Anak Marah?
- Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?
- Komponen dalam Memandu Proses Belajar dengan Permainan
- 3 Komponen Penting dalam Fasilitasi Belajar
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola
- Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
- 5 Kesalahan Penggunaan PowerPoint
- Belajar Kreatif Membuat Definisi 2
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan
- Mengelola Fungsi Permainan untuk Belajar
- Reaksi yang Harus Dihindari Orangtua Saat Anak Mengalami Bullying
- Bagaimana Membuat Fasilitasi Belajar yang Hebat?
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- Ingin Belajar Efektif? Jangan Menggunakan Cara Kerja Foto Kopi!
- Tentang Pengasuhan, Mau Ketat atau Longgar?
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Pentingnya Menepati Janji kepada Anak
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Mengharmoniskan Isi dan Metode Belajar Cerdas
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Pentingnya Anak Menyadari Potensi Diri
- Prinsip Klasifikasi untuk Menyederhanakan Kerumitan
- Prinip Memandu Belajar dengan Menggunakan Permainan
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- Problem Fatal Guru dalam Memandu Proses Belajar
- Bahaya Ancaman Bagi Anak
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Fasilitasi Diskusi yang Efektif
- Kreativitas, Penciptaan Berawal dari yang Tidak Penting
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Kompetisi Ego Mengaburkan Keselarasan Orangtua dan Anak
- Semua Orangtua Punya Anak Kreatif
- Kesesatan Orangtua dalam Memandang Perkembangan Anak
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
- Bahaya Mendikte Anak bagi Keberanian dan Kreativitas
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- Mengajari Anak Berpuasa dengan Lebih Bermakna
- Bagaimana Menemukan dan Mengenali Potensi Anak?
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Haruskah Dongeng Sebelum Tidur?
- Tentang Kreativitas: Apakah Kita Kreatif?
- Apakah Membacakan Buku Sejak Dalam Kandungan Akan Membuat Anak Gemar Membaca?
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- Seperti Orang Dewasa, Anak Juga Mengenal Kesepakatan
- Bermain "Tebak Rasa" untuk Belajar Observasi
- Modal Dasar Pengasuhan
- 5 Alasan Fundamental Kenapa Membudayakan Membaca pada Anak Sangat Penting?
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Apa Kesalahan dalam Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Sebagai Guru, Sudahkah Kita Berdiri Di Atas Sepatu Siswa?
- Dari Galau Hingga Oportunistik, Diawali dari Problem Pengasuhan
- Meluruskan Makna Egaliter dalam Keluarga
- Kesulitan Orangtua Mengajak Anak Kembali ke Sekolah Pasca Libur
- Bagaimana Sikap yang Tepat terhadap Cara Bermain Anak?
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Fasilitasi Proses Belajar dengan Hierarchy of Questions
- 5 Dampak Ketidakpercayaan kepada Anak
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!
- Belajar Meneliti, Mempertajam Topik Penelitian
- Menggunakan Sudut Pandang Anak untuk Lebih Memahami Anak
- Memilih Sekolah untuk Anak: Antara Kualitas, Gengsi, dan Kemampuan Keuangan
- Bagaimana Bertanggung Jawab atas Keseriusan Anak?
- Bagaimana Anak Belajar Memiliki Kelekatan yang Sehat?
- Pengembangan Diri yang Paling Murni
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Bagaimana Cara Belajar yang Sesuai dengan Perkembangan Anak?
- Bagaimana Memberikan Bantuan yang Mendidik untuk Anak?
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Membuat Desain Belajar yang Optimal
- Bolehkah Memarahi Anak?
- Fasilitator Bukan Korektor atau Editor
- Bahasa Positif Menciptakan Perubahan Positif pada Perilaku Anak
- Belajar Penelitian dari Polisi Tidur
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak
- 6 Alasan Menghindari Intimidasi kepada Anak
- Transformasi Cara Berpikir untuk Menuju Kreativitas
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?