Mengajari Anak Berpuasa dengan Lebih Bermakna
June 20, 2017 . by rudicahyo . in Parenting . 0 Comments
Puasa adalah menahan lapar dan haus. Itulah arti yang paling sederhana dari puasa, yang biasanya dipahami oleh anak-anak. Buahnya adalah kelaparan dan kehausan sampai waktu berbuka datang. Bagaimana cara mengajari anak berpuasa dengan lebih bermakna dari sekadar menahan lapar dan dahaga?
Dalam tulisan ini, saya tidak akan mengajarkan bagaimana mengajak anak untuk berpuasa atau mengajari anak berpuasa untuk pertama kalinya. Kali ini ayah, bunda, kakak akan saya bawa kepada level yang lebih advance, yaitu membuat puasa si anak jadi lebih bermakna. Artinya, lebih dari sekadar menahan lapar dan dahaga.
Mari kita mulai dengan ilustrasi berikut,
Si Buyung yang baru berusia 5,5 tahun, belajar berpuasa dengan cara berbuka dua kali sehari alias puasa setengah hari. Ia berbuka pada waktu duhur dan berbuka lagi pada waktu magrib. Namun pada jam-jam jelang buka puasa, ia selalu mengeluh kelaparan. Suatu saat, bundanya tidak tega dan menyuruhnya makan sebelum waktu berbuka datang. Namun Buyung menolak, karena belum datang waktu berbuka. Namun tetap saja ia mengeluh kelaparan dan kehausan.
Sebenarnya, apa yang terjadi pada diri Si Buyung? Bersyukurlah orangtua Si Buyung, karena anaknya konsisten menjalankan ibadah puasanya. Ia tidak mau makan meski kelaparan, bahkan ketika ibunya menyuruh makan sekalipun.
Si Buyung tidak ingin puasanya batal, karena makan atau minum sebelum waktu berbuka. Artinya, orientasi Si Buyung mempertahankan puasanya tetap terjaga, meskipun ia tak henti-henti mengeluhkan lapar dan dahaga. Ini wajah untuk anak-anak, karena rasa lapar datang secara alamiah. Yang tetap harus diapreasiasi adalah usahanya untuk bertahan.
Mengeluhkan lapar dan haus ini menunjukkan bahwa arti puasa di benak Si Buyung adalah tidak makan dan tidak minum. Ketika arti ini yang ada di benak seseorang, maka orientasinya dalah menghindari keduanya, agar puasanya tidak batal. Jadi bukan berorientasi pada tujuan dari dilakukannya puasa, bukan berorientasi pada manfaatnya. Untuk itu, level puasa anak dapat kita tingkatkan dengan membawa anak pada orientasi menghindari hal yang membatalkan puasa menuju kepada pemahaman akan manfaat berpuasa.
Bagaimana cara mengubah orientasi dari puasa yang hanya menahan lapar dan dahaga menuju kepada puasa yang lebih bermakna?
Ada dua hal yang perlu kita perhatikan dalam mengajari anak berpuasa dengan lebih bermakna, yaitu isi dan cara. Isi berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan puasa, seperti arti puasa dan manfaat puasa. Sedangkan cara adalah metode yang paling efektif untuk diterapkan kepada anak-anak. Kedua hal ini kemudian menjadi prinsip yang harus dipegang sebelum melangkah kepada upaya yang lebih teknis.
Berkenaan dengan isi, tiga hal substansial yang perlu dipahamkan kepada anak adalah arti puasa, manfaat puasa, dan bagaimana berpuasa. Ketiga hal ini sebenarnya tentang tiga pertanyaan substansial (boleh disebut eksistensial, karena menanyakan tentang eksistensi puasa), yaitu apa (what), kenapa (why), dan bagaimana (how). Ini prinsip yang pertama.
Hal berikutnya yang penting mendapat perhatian adalah bagaimana cara anak memahami tentang arti puasa, kenapa berpuasa, dan bagiamana berpuasa. Ini berkaitan dengan metode yang efektif untuk anak. Lebih gampangnya, untuk anak-anak pada usia sampai dengan kurang lebih 7 tahun, anak-anak hendaknya diajari dengan hal-hal yang konkrit, menggunakan benda sebagai peraga, dan banyak memberikan contoh. Ini adalah prinsip yang kedua.
Selanjutnya, secara teknis hal berikut ini dapat kita lakukan,
![Yuk ajari anak berpuasa dengan lebih bermakna! (foto: solusisehatku.com)](https://rudicahyo.com/wp-content/uploads/2017/06/Mengajari-anak-berpuasa-300x177.jpg)
Yuk ajari anak berpuasa dengan lebih bermakna! (foto: solusisehatku.com)
1. Menampakkan reaspon yang menyenangkan atas datangnya puasa
Ketiak menyambut Bulan Ramadhan, orang di sekitar anak, terutama orangtua, hendaknya menampakkan ekspresi yang positif. Meskipun tidak secara eksplisit dikatakan kepada anak, tapi kebahagiaan kita akan datangnya Bulan Ramadhan pasti dapat diamati oleh anak.
2. Bercerita tentang serunya berbagai aktivitas di Bulan Ramadhan
Tak kenal, maka tak sayang. Begitu juga dengan Bulan Ramadhan beserta aktivitas puasa yang ada di dalamnya. Anak harus diperkenalkan dengan Bulan Ramadhan yang lebih luas dari puasa. Jadi sebelumnya, kita harus memahami bahwa menaham lapar dan haus itu hanya bentuk sempit dari puasa. Selain itu, puasa hanya sebagian dari aktivitas yang ada di Bulan Ramadhan. Anak-anak perlu dikenalkan dengan aktivitas lain, seperti ada sholat tarawih, ada tadarus, termasuk yang berkaitan dengan puasa, semisal sahur, berbuka dan lain-lain. Jadi jangan dipersempit kegiatan Bulan Ramadhan hanya pada tidak makan dan tidak minum.
3. Kembangkan definisi puasa dari hanya menahan lapar dan dahaga
Sebagai kelanjutan dari poin sebelumnya, kita hendaknya tidak melulu menjelaskan puasa sebagai menahan lapar dan haus. Kita harus beri porsi yang sama dengan aktivitas yang berhubungan dengan puasa lainnya, seperti tidak marah, tidak berbicara kasar dan kotor, perbanyak berbagi dan menyayangi orang lain dan sebagainya.
4. Jelaskan manfaat puasa secara konkrit
Kadang kita lupa menjelaskan tentang alasan atau kenapa kita berpuasa kepada anak. Kita hanya berkutat pada menahan lapar dan haus atau tidak makan dan minum. Agar anak beranjak dari menahan untuk tidak makan dan tidak minum, maka ia perlu tahu untuk apa ia berpuasa. Berikan penjelasan yang konkrit, misalnya tentang dampaknya terhadap pencernaah, bikin sehat, mengistirahatkan perut, mengrluarkan racun yang selama ini masuk dan mengendap, dan sebagainya. Silahkan tambahkan penjelasan manfaat konkritnya ya Ayah, Bunda, dan Kakak.
5. Atur aktivitas istirahat anak
Seperti kasus Si Buyung yang konsisten mengeluh lapar dan haus pada injury time sebelum berbuka, maka kita juga bisa mengatur regulasi aktivitas anak. Jika anak sekolah, maka sepulang sekolah bisa diminta tidur sejenak sambil menunggu waktu berbuka duhur (pada contoh Si Buyung). Jika libur sekolah, misalnya dari main di luar rumah, juga minta anak untuk tidur. Selain tidur, kita bisa mengajak melakukan hal-hal ringan yang menyenangkan, misalnya jalan-jalan sekitar kompleks rumah sebelum berpuka magrib.
6. Review keasikan berpuasa selama sehari
Ketika atau setelah berbuka, kita dapat mengajak anak untuk bercerita asiknya puasa selama sehari. Begitu juga dengan apresiasi tentang keberhasilan puasa hari ini.
Demikian cara mengajari anak berpuasa dengan lebih bermakna. Semoga bermanfaat buat kita semua, termasuk bagi saya. Kalau Ayah, Bunda, Kakak, bagaimana cara atau strategi yang diterapkan?
Artikel tentang Parenting Lainnya:
- Kenapa Anak mengalami Kelekatan yang Tidak Aman?
- Modal Dasar Pengasuhan
- Tips Mengubah Perilaku Anak dengan Memperbanyak Variasi Pilihan
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Bagaimana Terjadinya Penularan Sifat Orangtua kepada Anak?
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Pentingnya Anak Menyadari Potensi Diri
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- Bagaimana Orangtua yang Bekerja Menjaga Perkembangan Emosi Anak Tetap Sehat?
- Benarkah Anak Kita Mengalami Bullying?
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Tips Mengendalikan Kekhawatiran terhadap Anak
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- Harga Sebuah Kesempatan bagi Anak
- Trans Membantu Induksi Nilai pada Diri Anak
- Bagaimana Menggunakan Kata JANGAN untuk Anak?
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- Bagaimana Bertanggung Jawab atas Keseriusan Anak?
- Kendala Membangun Atmosfir Egaliter dalam Keluarga
- Apa Dampaknya Jika Salah Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- Selalu Ada Cara untuk Menghubungkan Anak dan Orangtua
- Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
- Menjatuhkan Mental Anak, Sering Tidak Disadari
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Untuk Masa Depan Anak, Berkorbanlah!
- Kesesatan Orangtua dalam Memandang Perkembangan Anak
- Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
- Apakah Membacakan Buku Sejak Dalam Kandungan Akan Membuat Anak Gemar Membaca?
- Pendidikan Anak: Apa Tindakan Awal yang Tepat Ketika Anak Melakukan Kesalahan?
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- 6 Alasan Menghindari Intimidasi kepada Anak
- 5 Dampak Ketidakpercayaan kepada Anak
- Bagaimana Menemukan dan Mengenali Potensi Anak?
- Asumsi Negatif Dapat Melemahkan Mental Anak
- Bagaimana Sikap yang Tepat terhadap Cara Bermain Anak?
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Dampak Atmosfir Egaliter bagi Rasa Percaya Diri Anak
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?
- Apa Kesalahan dalam Memberikan Bantuan untuk Anak?
- 5 Alasan Fundamental Kenapa Membudayakan Membaca pada Anak Sangat Penting?
- Dari Galau Hingga Oportunistik, Diawali dari Problem Pengasuhan
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- Kenapa Imajinasi Anak Itu Penting?
- Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
- Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?
- Hubungan Ayah Bunda dan Pengaruhnya Buat Perkembangan Anak
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Bagaimana Mengelola Keinginan Anak untuk Berbelanja?
- Bahasa Positif Menciptakan Perubahan Positif pada Perilaku Anak
- Bahaya Mendikte Anak bagi Keberanian dan Kreativitas
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- WAJIB TERUS DITUMBUHKAN Kesadaran Parenting sebagai Bentuk Pendidikan Pertama
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Haruskah Dongeng Sebelum Tidur?
- Semua Orangtua Punya Anak Kreatif
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Seperti Orang Dewasa, Anak Juga Mengenal Kesepakatan
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa
- Reaksi yang Harus Dihindari Orangtua Saat Anak Mengalami Bullying
- Kompetisi Ego Mengaburkan Keselarasan Orangtua dan Anak
- Kesulitan Orangtua Mengajak Anak Kembali ke Sekolah Pasca Libur
- Cara Mengendalikan Kemarahan Kita kepada Anak
- Tentang Pengasuhan, Mau Ketat atau Longgar?
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Pujian yang Salah dapat Menjerumuskan Anak
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Bagaimana Anak Belajar Memiliki Kelekatan yang Sehat?
- Penyebab Bawah Sadar Kekerasan pada Anak
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Melarang Anak dengan Pilihan Kata yang Tepat
- Apa Dampak Pelayanan Berlebihan untuk Anak?
- Menggunakan Sudut Pandang Anak untuk Lebih Memahami Anak
- Kenapa Orangtua Kesulitan Melakukan Pendidikan Seks Usia Dini?
- Pentingnya Menepati Janji kepada Anak
- Bahaya Ancaman Bagi Anak
- 5 Kesalahan Orangtua yang Melukai Kepercayaan Diri Anak
- Mengapa Kata JANGAN Boleh Digunakan?
- Jenis Kelekatan yang Terjadi pada Anak
- 3 Modal Utama Anak Aktif
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- 5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Senang dan Sedih juga Dipelajari