Ingin Belajar Efektif? Jangan Menggunakan Cara Kerja Foto Kopi!
January 8, 2019 . by rudicahyo . in Creative Learning, Pendidikan . 0 Comments
Belajar itu mengubah stimulasi menjadi informasi, merajut informasi menjadi pengetahuan, dan akhirnya pengetahuan bertransformasi menjadi ilmu atau penciptaan. Begitulah cara belajar efektif. Ingin seperti itu, jangan belajar seperti cara kerja foto kopi!
Kemarin (pakai banget) bidang akademik mengumpulkan para dosen pembimbing thesis dan praktikum mahasiswa magister profesi. Senang bisa bertemu dengan para mahasiswa yang selama ini jarang banget ketemu, dan hanya bertemu saat pihak kampus mengundangnya, disertai warning atas batas waktun studi tentunya. Apa yang bikin senang?
Bukan soal kangen-kangenannya, karena sebagian bimbinganku adalah mahasiswi hehe. Bukan, bukan itu. Salah satu yang bikin senang adalah terjadinya interaksi bermakna. Kebermaknaan ini muncul karena obrolannya bisa seperti mosaic, ngalor ngidul kemana arah angin membawa. Tapi sebenarnya bukan obrolan yang tak tentu arah. Ini adalah obrolan yang punya visi, yaitu bagaimana memudahkan para mahasiswa menyeleaikan studi, terkhusus menyelesaikan thesis dan praktikum mereka.
Saat obrolan itu, saya sebagai pembimbing bisa membicarakan apapun, asalkan hal itu berkontribusi pada penyelesaian thesis mereka. Mulai mengobrolkan isi dari thesis atau praktikum mereka, sampai hanya sekadar memberikan motivasi, agar keyakinan mahasiswa tumbuh kembali. Bahkan ada juga yang masih perlu mengingatkan saya tentang thesis atau kasus dalam praktikumnya, karena sudah terlalu lama tidak bimbingan.
Atmosfir obrolan bagi saya sangat berenergi, terlepas ada satu atau dua mahsiswa yang menganggap moment tersebut sebagai saat-saat yang menghantui. Obrolannya memang harus berenergi, agar tidak menjadi teror bagi mahasiswa. Agar mereka yakin kembali dengan dirinya. Dan salah satu obrolan yang menarik adalah tentang cara belajar.
Salah seorang mahasiswa saya ingin berganti salah satu konstruk yang ingin diteliti, hanya karena tidak ada aplikasi yang siap pakai dari konstruk tersebut. Jadi, dia meneliti sebuah metode, ingin diuji cobakan. Tapi dia hanya menemukan teorinya saja, tidak ada modul atau panduan untuk aplikasinya. Nah, karna itulah dia mutung, ingin mengubah variabel yang diteliti.
Pada kesempatan lain, seorang mahasiswa satunya lagi mengajak ngobrol tentang bagaimana belajar. Yang kita bicarakan waktu itu adalah tentang mengubah cara berpikir yang ala foto kopi menjadi cara belajar efektif. Cara belajar foto kopi ini bolehlah disebut sebagai cara berpikir referensif. Artinya, kita menggunakan referensi dan kemudian menggunakan kembali. Referensi tersebut tidak dikelola sehingga terjadi tahap berikutnya yang lebih tinggi, yaitu transformasi. Informasi yang masuk, seharusnya dikelola kembali. Sudah sewajarnya demikian untuk level mahasiswa S2. Makanya itu, yang mereka kerjakan adalah thesis, bukan sekadar skrip.

Apakah kita masih belajar ala foto kopi? (foto: fakingnews.com)
Jika kedua obrolan di atas dihubungkan, maka mahasiswa yang mandeg karena tidak menemukan modul aplikasi, berarti berhenti hanya pada cara berpikir referensif. Jika panduan aplikasi tidak ditemukan, seharusnya ia mengelola teori yang sudah ia miliki, apalagi teorinya sudah sangat komplit. Ia perlu menransformasi teori tersebut untuk menjadi aplikasi. Nah, saya menyadari bahwa kemampuan untuk ini masih kurang pada diri mahasiswa. Mereka masih berpikir cari dan kombinasi. Ini seperti cara kerja foto kopi, hanya menempelkan informasi. Jikapun berusaha untuk mengelolanya, informasi tersebut hanya dirangkai antar informasi, tidak diubah jadi pengetahuan baru. Rangkaian ini analog dengan kliping. Tentunya kita tahu, seperti apa kliping itu. Kliping itu tidak mengubah infomrasinya, tetapi hanya merangkainya.
Karena itu, diperlukan untuk beralih dari cara belajar ala foto kopi menjadi model berpikir yang transformatif, mengelola berbagai informasi untuk menjadi pengetahuan baru. Selanjutnya, pengetahuan ini menjadi bekal untuk sesuatu yang lebih aplikatif, misalnya pengambilan keputusan, pemecahan persoalan, hingga menciptakan sesuatu yang kreatif.
Nah, untuk caranya, kita akan lanjutnkan di tulisan berikutnya. Semoga pengatar ini bermanfaat!
Artikel tentang Creative Learning, Pendidikan Lainnya:
- Kenapa Iklan Jadi Media Belajar yang Tajam untuk Anak?
- Tantangan dalam Membudayakan Membaca Pada Anak
- Film Rekomendasi untuk Hari Guru
- Perlukah Anak Melakukan Les Privat Selain Belajar di Sekolah?
- Fasilitator Bukan Korektor atau Editor
- Belajar Kreatif untuk Membuat Definisi 1
- 5 Alasan Fundamental Kenapa Membudayakan Membaca pada Anak Sangat Penting?
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Transformasi Cara Berpikir untuk Menuju Kreativitas
- Berkenalan dengan Mosaic Learning
- Bagaimana Memandu Fasilitasi Belajar Secara Total?
- Apakah Pendidikan Kita Membangun Karakter?
- Apa Catatan yang Harus Diperhatikan Jika Guru Menghukum Murid?
- Pendidikan Kita Menciptakan Jarak dengan Kehidupan?
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Pelajaran Berharga dari Film Soekarno
- Ujian Nasional (Unas), Harga Mahal Sebuah Kejujuran
- Pendidikan Indonesia di Nomor S(ep)atu
- Belajar Meneliti, Transformasi Fenomena Menjadi Masalah Penelitian
- Bagaimana Cara Belajar dengan Lagu?
- Problem Fatal Guru dalam Memandu Proses Belajar
- Belajar Meneliti, Mempertajam Topik Penelitian
- Fasilitasi Belajar Buruk yang Sangat Disukai Peserta
- Perbedaan Metodologi dan Metode dalam Penelitian
- 5 Kesalahan Penggunaan PowerPoint
- Pro Kontra Penghapusan Status RSBI
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Menjadi Guru adalah Jalan Pedang
- Makna Belajar, Mana yang Lebih Utama, Kualitas atau Jumlah?
- Tiga Cara Meningkatkan Motivasi dari Dalam Diri
- Belajar Penelitian dari Polisi Tidur
- Aturan yang Menjaga Kelas Aktif dan Kreatif
- Komponen dalam Memandu Proses Belajar dengan Permainan
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Pembubaran RSBI Wujud Kemerdekaan Pendidikan
- Aktivasi Kelas untuk Efektifitas Belajar
- Variasi Dapat Menjaga Kreativitas
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Prefleksi, Sebuah Pemberdayaan Imajinasi untuk Efektivitas Proses Belajar
- Membuat Desain Belajar yang Optimal
- Bolehkah Guru TK Mengajari Membaca?
- Kompetisi Ego Mengaburkan Keselarasan Orangtua dan Anak
- Warisan Unas: Ketika Kejujuran Menyisakan Penyesalan
- Mengembalikan Keseleo Pendidikan
- Apakah Kamu Mendidik atau Mendikte?
- Pendidikan Karakter dan Kebahagiaan Murid
- Ingin Skripsimu Bergairah? Perhatikan 3 Komponen Penggalian Ide!
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Apa Itu Paradigma Penelitian?
- Sebagai Guru, Sudahkah Kita Berdiri Di Atas Sepatu Siswa?
- Bukan Stratifikasi, tapi Diferensiasi Pendidikan
- Apakah Membacakan Buku Sejak Dalam Kandungan Akan Membuat Anak Gemar Membaca?
- Resep Presentasi Spektakuler
- Fasilitasi Diskusi yang Efektif
- 5 Pembunuh Kreativitas Guru dalam Membuat Inovasi Belajar
- Fasilitasi Proses Belajar adalah Menggembala
- Klasifikasi Membuat yang Rumit Menjadi Sederhana
- Bermain "Tebak Rasa" untuk Belajar Observasi
- PowerPoint HANYA Alat Presentasi, BUKAN Tujuan Belajar
- Kreativitas KOWAWA
- Prinsip Klasifikasi untuk Menyederhanakan Kerumitan
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Kenali Pengujimu, Persiapkan Ujian Skripsimu!
- Menumbuhkan Imunitas dengan Optimis dan Antusiasme
- Berhala Sistemik Dunia Pendidikan
- Disiplin Logika, Kunci Keberhasilan Penelitian
- Cara Memberikan Instruksi Permainan untuk Fasilitasi Proses Belajar
- Fasilitasi Proses Belajar dengan Hierarchy of Questions
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Tentang Kreativitas: Apakah Kita Kreatif?
- Memilih Sekolah untuk Anak: Antara Kualitas, Gengsi, dan Kemampuan Keuangan
- Pemimpin itu Pendidik
- Perbedaan Analisis Level Rendah dan Analisis Level Tinggi
- Mengelola Fungsi Permainan untuk Belajar
- Apakah Penelitian Kualitatif itu Ilmiah?
- Mengharmoniskan Isi dan Metode Belajar Cerdas
- Profesi Guru, Antara Idealisme dan Industri Pendidikan
- 3 Komponen Penting dalam Fasilitasi Belajar
- Tips Fasilitasi Belajar: Menggunakan Contoh untuk Menjelaskan
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- Prinip Memandu Belajar dengan Menggunakan Permainan
- Rumus Belajar Sederhana Namun Bermakna
- Menguatkan Logika Matematika dengan Storytelling
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Apakah Pendidikan Kita Sudah Kontekstual?
- Matematika, Persoalan Epistemologi atau Etika?
- Pendidikan dan Sikap terhadap Tantangan Kerja
- PENDIDIKAN Kita Melestarikan Budaya Verifikasi Benar dan Salah?
- Belajar Hafalan, Membentuk Generasi 'Foto Kopi'
- Pengembangan Diri yang Paling Murni
- Bagaimana Cara Belajar yang Sesuai dengan Perkembangan Anak?
- Belajar Kreatif Membuat Definisi 2
- 3 Cara Mudah untuk Mengingat
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- Kreativitas, Penciptaan Berawal dari yang Tidak Penting