Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
June 14, 2016 . by rudicahyo . in Parenting . 0 Comments
Anak memiliki bakat? Ya, sudah tentu. Apakah bakat anak perlu dikembangkan? Ya, pasti. Tapi yang perlu disadari para orangtua, pengembangan diri anak lebih dari sekadar bakat. Mari kita bahas pengembangan bakat dan dilema pilihan.
Beberapa waktu lalu, aku bertemu dengan teman yang mulai melangkahkan kaki sebagai praktisi di dunia pengembangan bakat anak. Diskusi hangat, seraya melepas kangen karena sangat lama tak bersua secara langsung. Obrolan seputar pengembangan bakat, ku akhiri (atau mungkin sisipi) dengan pesan, bahwa pengembangan bakat adalah bagian dari pengembangan diri. Bakat adalah bagian dari diri anak secara menyeluruh. Lalu apa implikasinya?
Menyadari anak adalah pribadi yang menyeluruh (holistik), sangat penting dalam pengasuhan atau pendidikan. Bakat adalah bagian dari diri anak. Maka, pengembangan bakat seharusnya menjadi bagian dari pengembangan diri anak. Karena itu, mengembangkan bakat anak sudah pasti merupakan langkah yang sangat bagus. Namun jadi berpotensi melenceng kalau menganggap bahwa bakat adalah segala-galanya, yang selanjutnya dapat membuat kita berpikir bahwa pengembangan diri anak sama dengan pengembangan bakat.
Karena itulah, berbicara tentang bakat, selalu beriringan dengan minat. Bakat itu sesuatu (objek) pada diri anak. Sedangkan minat mengakomodir ke-aku-an dari diri anak. Ketika anak diperhatikan dan diakomodasi minatnya, maka ke-aku-annya menjadi diperhatikan. Keselarasan antara minat dan bakat, membuat pengembangan anak ‘sedikit lebih’ komprehensif. Setidaknya dalam kesuksesan menjawab tantangan hidup.
Berbicara tentang bakat, lebih jauh lagi kita bisa membahasnya dengan ‘dilema pilihan’. Ketika seorang anak ‘diasumsikan’ berbakat A oleh orangtuanya, maka orangtua akan berupaya mendukung bakat A tersebut. Jika A adalah benar-benar bakat dari si anak, maka kapasitas diri anak akan melejit dengan baik. Namun, bagaimana jika A hanya bakat yang diasumsikan, bahkan sebagai hasil dari sebuah asesmen (identifikasi melalui tes atau semacamnya) sekalipun? Mari kita kembali kepada dilema pilihan.
Sebelum membahas tentang dilema pilihan, mari kita lihat pengembangan bakat sebagai sebuah langkah yang menggunakan prinsip positif. Artinya, pengembangan bakat adalah cara untuk mengoptimalkan kemampuan atau keunggulan anak, alih-alih berusaha ‘menyembuhkan’ kelemahannya. Jika dianalogikan dengan meraih selimut pasca tidur semalam, maka bagian yang paling mudah untuk diraih adalah puncak dari selimut. Dengan menarik puncak selimut, seluruh bagian selimut akan ikut terangkat. Dengan demikian, pengembangan keunggulan akan dapat menutup kekurangan si anak, sebagaimana seluruh bagian selimut yang ikut terangkat. Itulah yang membuat pengembangan bakat sangat bagus bagi anak.
Namun kita bisa melihat dengan frame yang berbeda, jika kita kembali kepada dilema pilihan. Ketika seorang anak ‘diasumsikan’ berbakat A, maka orangtua akan mendukung alias fokus kepada pengembangan A. Dengan demikian B sampai Z akan cenderung menjadi bagian sekunder bahkan mungkin diabaikan. Memang, ketika kita memilih A, maka kita sebenarnya tidak relevan menyesali B sampai Z yang tidak kita pilih. Karena memang tidak mungkin membandingkan A yang sudah dipilih secara aktual dengan B sampai Z yang belum dijalani. Nah, jika bakat A adalah sebuah asumsi, maka B sampai Z juga memiliki peluang sebagai bakat si anak.
Karena membandingkan dengan sesuatu yang tidak dipilih memang tidak dimungkinkan, maka bisa jadi bakat A adalah sebuah kebenaran. Ya, paling tidak kebenaran aktual. Maka tidak bisa dijustifikasi salah, jika ada orangtua mengembangkan bakat A pada diri anak.
Terlepas dari masalah benar salah, melihat pengembangan bakat dalam frame dilema pilihan, sebenarnya adalah sedang berbicara tentang kesadaran. Artinya, kesadaran akan bakat lain (B sampai Z) atau hal lain pada diri anak, merupakan hal yang penting, meskipun bisa saja kita tetap mengembangkan bakat A. Kesadaran akan berbagai (boleh lah beberapa) bakat anak, atau hal-hal lain pada diri anak, sangat penting bagi pengembangan diri anak. Termasuk hal tersebut penting bagi pengembangan bakat anak. Kesadaran ini juga dapat membuat kita tidak gegabah dalam pengembangan bakat (atau diri) anak.
Karena temanku punya dasar keilmuan Psikologi Perkembangan, maka ia dapat menerima aksiomaku tersebut. Saat itu ia berbicara pengembangan bakat pada konteks usia dan karakteristiknya. Artinya, pengembangan bakat juga memperhatikan karakteristik dan preferensinya, termasuk minat anak.
Bagaimana Ayah/Bunda/Kakak dalam melihat dan mengembangkan bakat anak?
Artikel tentang Parenting Lainnya:
- Apa Kesalahan dalam Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Manfaat Apresiasi untuk Anak
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Dampak Atmosfir Egaliter bagi Rasa Percaya Diri Anak
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa
- 5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying
- Cara Tepat Memberi Bantuan untuk Anak
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Harga Sebuah Kesempatan bagi Anak
- Bagaimana Sikap yang Tepat terhadap Cara Bermain Anak?
- Asumsi Negatif Dapat Melemahkan Mental Anak
- Pendidikan Anak: Apa Tindakan Awal yang Tepat Ketika Anak Melakukan Kesalahan?
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Bagaimana Orangtua yang Bekerja Menjaga Perkembangan Emosi Anak Tetap Sehat?
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Bagaimana Anak Belajar Memiliki Kelekatan yang Sehat?
- Menjatuhkan Mental Anak, Sering Tidak Disadari
- Membandingkan Anak Lebih Sering Tak Disadari
- Memilih Sekolah untuk Anak: Antara Kualitas, Gengsi, dan Kemampuan Keuangan
- 6 Alasan Menghindari Intimidasi kepada Anak
- Dari Galau Hingga Oportunistik, Diawali dari Problem Pengasuhan
- Rahasia Parenting: Mengelola Perilaku Super Aktif Anak
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Semua Orangtua Punya Anak Kreatif
- Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Untuk Masa Depan Anak, Berkorbanlah!
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Kesesatan Orangtua dalam Memandang Perkembangan Anak
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- Haruskah Dongeng Sebelum Tidur?
- Kesulitan Orangtua Mengajak Anak Kembali ke Sekolah Pasca Libur
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Penyebab Bawah Sadar Kekerasan pada Anak
- Bahasa Positif Menciptakan Perubahan Positif pada Perilaku Anak
- Bagaimana Mengelola Keinginan Anak untuk Berbelanja?
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan
- 3 Modal Utama Anak Aktif
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola
- Reaksi yang Harus Dihindari Orangtua Saat Anak Mengalami Bullying
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Mengapa Kata JANGAN Boleh Digunakan?
- Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
- Selalu Ada Cara untuk Menghubungkan Anak dan Orangtua
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Hubungan Ayah Bunda dan Pengaruhnya Buat Perkembangan Anak
- Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
- Bolehkah Memarahi Anak?
- Mengungkit Kelemahan, Menghilangkan Kekuatan
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Benarkah Anak Kita Mengalami Bullying?
- 5 Alasan Fundamental Kenapa Membudayakan Membaca pada Anak Sangat Penting?
- Bagaimana Menjadi Orangtua yang Mengelola Larangan dan Perintah?
- WAJIB TERUS DITUMBUHKAN Kesadaran Parenting sebagai Bentuk Pendidikan Pertama
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- Cara Mengendalikan Kemarahan Kita kepada Anak
- Bahaya Ancaman Bagi Anak
- Mengajari Anak Berpuasa dengan Lebih Bermakna
- Tips Mengubah Perilaku Anak dengan Memperbanyak Variasi Pilihan
- Bagaimana Terjadinya Penularan Sifat Orangtua kepada Anak?
- Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Anak Marah?
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- Bagaimana Menemukan dan Mengenali Potensi Anak?
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Bagaimana Memberikan Bantuan yang Mendidik untuk Anak?
- Kenapa Imajinasi Anak Itu Penting?
- Pentingnya Menepati Janji kepada Anak
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!
- Kendala Membangun Atmosfir Egaliter dalam Keluarga
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Kenapa Orangtua Kesulitan Melakukan Pendidikan Seks Usia Dini?
- Apa Dampak Pelayanan Berlebihan untuk Anak?
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Apa Dampaknya Jika Salah Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Kenapa Anak mengalami Kelekatan yang Tidak Aman?
- Pentingnya Anak Menyadari Potensi Diri
- Trans Membantu Induksi Nilai pada Diri Anak
- Kesalahan dalam Memandang Gadget untuk Anak
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak
- Pujian yang Salah dapat Menjerumuskan Anak
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- Tentang Pengasuhan, Mau Ketat atau Longgar?
- Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Meluruskan Makna Egaliter dalam Keluarga
- Pengembangan Diri yang Paling Murni