Kita selalu berusaha untuk tetap dalam kondisi nyaman. Kita selalu melakukan adaptasi atas perubahan. Adaptasi pun adalah bentuk naluriah kita dalam menghadapi keadaan. Tapi hati-hati, bertahan dalam kondisi nyaman membuat kita terlena. Iya, adaptasi alamiah bisa bikin kita terlena. Bagaimana pola adaptasi dalam membentuk mental kita?
Ketidaknyamanan itu mengancam kondisi nyaman yang sudah terbangun. Misalnya, hari ini ada rapat yang sedianya dilakukan siang hari, jam 13.00, tiba-tiba kita ditelpon dan “Rapat diajukan jam 8 pagi. Tepat waktu ya, jangan sampai telat!”. Duaarrrr!!! petir menyambar di pagi yang sejuk dengan angin semilir dan matahari yang hangat. Surga telah berubah menjadi neraka. Lebya deh.. Itu adalah ketidaknyamanan atas perubahan. Artinya, sesuatu yg sudah teradaptasi (adapted) ditantang lagi dengan keadaan baru yang perlu diadaptasi lagi. Ketidaknyamanan terjadi, maka adaptasi alamiah juga terjadi. Bagaimanapun reaksi kita, pasti kita melakukan adaptasi. Bukan begitu?
Jangan salah, pola adaptasi alamiah kita tidak hanya terjadi ketika menyongsong ketidaknyamanan. Pada saat kita berada dalam kondisi nyaman secara terus menerus, kita juga teradaptasi (adapted) dengan kondisi tersebut. Contoh, hari ini Amir beli mobil setelah bertahun-tahun naik motor. Jelas Amir memasuki kondisi baru. Namun kondisi ini nyaman buat Amir. Lho kok bisa, katanya kondisi baru mendatangkan ketidaknyamanan? Iya, yang ini beda, kondisi punya mobil sudah diinginkan oleh Amir. Seiring berjalannya waktu, kenyamanan ini teradaptasi (adapted) dalam diri Amir. Dulu, waktu naik motor, Amir sering mengeluhkan bahunya sakit kalau jarak jauh. Sekarang, Amir mengeluhkan macet. Amir mulai resisten dengan kenyamnannya sendiri. Keluhannya meningkat, daya tahan Amir diilang mulai menurun. Mobil saja mengeluh, apalagi kalau dia harus kembali naik motor.
Pola adaptasi alamiah selalu terjadi. Kita berusaha membuat kondiis tidak barubah, karena perubahan menguras energi dan perhatian untuk kembali diadaptasi. Beda kalau perubahan itu kita inginkan. Kita selalu mempertahankan diri dalam kondisi yang lama. Ini seperti hukum kelembaman dari Hukum I Newton. Masih ingat? Seperti mobil yang direm, kita selalu berusaha berada pada posisi yang sama dengan menahan tubuh kita agar tidak terdorong ke depan. Begitu kira-kira hukum kelembaman.
Berkenaan dengan adaptasi, selain berbicara tentang kelembaman, pasti tidak terlepas dari proses belajar. Menurut Piaget, ada dua model adaptasi, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi berarti kita berusaha menyesuaikan lingkungan agar sesuai dengan kondisi kita. Kita punya skema (scheme), yaitu pola organisasi aksi atau struktur berpikir yang ada dalam diri kita. Akomodasi sebaliknya, kita yang menyesuaikan dengan kondisi lingkungan.
Yang perlu kita waspadai adalah pertahanan diri kita atas kondisi nyaman. Kenyamanan itu seperti obat-obatan yang membuat ketagihan (addict). Setiap kita berada dalam kondisi nyaman yang baru, maka kekebalan atas ketidaknyaman menjadi menurun. Seperti yang dialami oleh Amir.
Namun dari kasusnya Amir, ada bagian yang bersifat aktif, yaitu Amir menginginkan punya mobil. Kalau kita mengacu pada pola adaptasi Piaget, maka sepertinya kita berinteraksi dengan lingkungan secara responsif, baik aktif maupun pasif. Artinya, apapun upaya adaptasi yang kita lakukan, selalu dihadapkan pada kondisi lingkungan yang baru kita temui. Jika pola reaktif terus-menerus dipertahankan, maka akan terjadi kenyamanan adaptif. Kita jadi semakin alergi dengan perubahan.
Selain pola adaptasi alamiah kita, kita perlu menumbuhkan kebiasaan sikap yang bergerak antara bosan dan perubahan. Tidak baik kalau kita terlalu puas dengan keadaan yang ada pada diri kita, apalagi lingkungan kita berubah dengan sangat cepatnya. Kita tetap harus memelihara potensi rasa bosan dan terus mengadakan perubahan. Dengan demikian, model adaptasi kita tidak hanya pasif, tetapi aktif (bahkan proaktif). Dengan kata lain, kalaupun kita bereaksi atas kondisi lingkungan, usahakan pola adaptasi kita tetap aktif dan bahkan proaktif.
Ternyata, dua model adaptasi, yaitu pasif dan aktif ini membentuk pola pikir kita. Pola pikir pasif lebih berusaha untuk tetap aman dan nyaman. Sebaliknya, yang aktif akan selalu mengadakan pengelolaan. Tipe pengadaptasi aktif ini bersifat moderat. Meskipun ia bekerja di bawah atasan, ia bisa mengambil inisiatif jika dibutuhkan. Bagaimana dengan yang proaktif? Jika ada kondisi yang tetap dalam waktu lama, maka tipe proaktif akan merasa bosan. Efek secara lebih berjangka panjang, yang proaktif akan melahirkan para leader dan yang pasif akan melahirkan para follower.
Dengan demikian, terdapat orang yang beradaptasi secara pasif, aktif dan proaktif. Yang pasif akan mengikuti arus perubahan, yang aktif mengadakan pengelolahan, sedangkan yang proaktif justru membuat perubahan.
Kamu termasuk yang suka beradaptasi dengan model yang mana?