Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
November 30, 2018 . by rudicahyo . in Inspirasi (Insert), Parenting, Review | Resensi . 0 Comments
Dalam film Wreck It Ralph 2, terdapat hal yang menarik berkenaan dengan pengasuhan yang dilakukan tokoh Felix dan Calhoun. Berdasarkan salah satu scene menarik dalam film tersebut, muncul pertanyaan, apakah ilmu pengasuhan itu omong kosong? Sudah nonton film Wreck It Ralph 2? Tentunya kita sangat akrab dengan tokoh utama, yaitu Ralph dalam film yang diangkat dari sebuah games tersebut. Tapi ada tokoh yang menarik untuk diamati, yaitu Felix dan pasangannya, Calhoun. Kita tidak akan membahas profil rinci dari kedua tokoh tersebut. Kita hanya akan menyorot tentang parenting atau pengasuhan yang ada di Wreck It Ralph 2. Pada scene terakhir ketika problem dalam film tersebut tuntas, kita mendapatkan sebuah epilog tentang dialog antara Felix dan Calhoun dengan seorang officer (duh, siapa namanya ya) tentang bagaimana mengasuh anak-anak pembalap dari Candy Rush yang cenderung liar dan saling bersaing satu sama lain. Dalam film tersebut diceritakan bahwa Candy Rush adalah games balapan yang pada waktu itu mengalami kerusakan dan nyaris dimusnahkan. Dengan demikian, para pembalap terancam akan menjadi gelandangan karena tidak memiliki tempat tinggal. Karena itulah, Felix dan Calhoun memutuskan untuk mengadopti 15 pembalap sebagai anak mereka. Menurut seorang officer dalam film tersebut, mengadopsi mereka adalah tindakan yang ceroboh, karena anak-anak pembalap tersebut memiliki karakter dan tabiat yang liar. Di akhir scene, ada perubahan perilaku pada anak-anak pembalap tersebut. Mereka cenderung saling bekerjasama dan tidak tampak liar. Hal ini membuat officer heran. Ia bertanya kepada Felix dan Calhoun tentang bagaimana cara mengasuh mereka, sehingga anak-anak tersebut bisa berubah. Setiap kali Felix dan Calhoun memberikan penjelasan tentang tips pengasuhannya, mobil di lintasan balapan lewat, sehingga omongan mereka seperti disensor. Terlepas dari komentar pemerhati film bahwa tips mereka fake atau palsu, karena gerak bibir Felix dan Calhoun tidak membentuk kata atau kalimat apapun, mari kita amati berbagai kemungkinan sehubungan dengan parenting atau pengasuhan. Bisa jadi, Disney sengaja melakukan itu karena pengasuhan atau parenting bukan bagian yang utama dari film tersebut. Keluarga Felix dan Calhoun beserta cara mereka mengasuh bukan substansi dalam film Wreck It Ralph 2. Karena itu, Disney tidak perlu bersusah payah untuk menjelaskan tips pengasuhan. Selain itu, tips tersebut akan sedikit ‘mengoyak’ alur film yang dibungkus secara utuh dengan pesan pershabatan. Tentunya Disney tidak mau mengambil resiko itu. Di sisi lain, hilangnya dialog antara Felix dan Calhoun dengan officer bisa dimaknai dengan sebuah pertanyaan, apakah sebenarnya pengasuhan itu omong kosong? Anggap saja kita sedang menghubungkan hilangnya dialog Felix, Calhoun dan officer dengan ilmu pengasuhan yang dipertanyakan. Saya sering mengatakan di forum orangtua atau guru ketika membawakan pelatihan, workshop, seminar, atau talkshow tentang pengasuhan, “Setiap orangtua adalah pengasuh yang terbaik bagi anaknya”. Artinya, apapun yang dilakukan orangtua, baik itu benar atau tidak, itu adalah upaya terbaik mereka untuk perkembangan anaknya. Bukankah dari dulu juga tidak ada ‘konsep’ dan ‘ilmu’ pengasuhan, tapi anak tumbuh dan berkembang dengan ‘baik’. Kata ‘baik’ saya berikan tanda kutip, karena kita tidak mengartikannya sebagai kata yang berdiri sendiri tanpa melekat pada konteks jaman. Maksudnya, pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua adalah upaya yang paling sesuai dengan jamannya.
Bukan berarti saya mengatakan bahwa berbagai ilmu pengasuhan tidak berguna. Bukan, bukan seperti itu. Ilmu pengasuhan berkembang dengan berbagai bentuk sesuai dengan jamannya. Para Nabi juga sering memberikan ilmu pengasuhan lewat contoh tindakan terhadap anak dan cucu mereka. Ok, berbicara tentang Nabi, mari kita ingat perlakukan Muhammad pada cucunya. Beliau pernah membiarkan cucunya berada di punggungnya ketika sedang sujud dalam sholatnya. Meskipun sholat itu adalah sesuatu yang penting, beliau memperhitungkan usia cucunya yang kala itu belum genap dua tahun, sehingga beliau sangat menjaga suasana hatinya. Namun di kesempatan lain, Muhammad membiarkan cucunya bertindak semaunya ketika ada tamu negara. Ali, sang ayah, memarahi anaknya tersebut. Muhammad membela cucunya. Ternyata perlakuan Muhammad mendapatkan teguran dari Tuhan, karena Ali benar. Artinya, ada ilmu pengasuhan di dalam kejadian tersebut. Ada perlakuan yang benar dari Muhamad, tapi juga ada tindakan yang benar yang dilakukan oleh Ali. Berdasarkan ilustrasi tersebut, dapat dikatakan bahwa pengasuhan itu ada ilmunya. Lalu apakah pengasuhan tidak dapat berlangsung secara alamiah? Apakah setiap orangtua harus berburu buku untuk dibaca, ikut seminar dan pelatihan pengasuhan dimana-mana,  baru kemudian mengasuh anaknya? Tidak juga seperti itu. Mari kita bandingkan dengan ilustrasi lain. Nabi Muhammad pernah ditanya oleh sahabatnya, bagaimana membedakan antara pahala dan dosa. Beliau cuma menunjuk jarinya di dada sahabat tersebut sambil berkata (kurang lebih) seperti ini. “Jika setelah melakukan sesuatu dan kamu merasa resah, itu dosa. Jika setelah melakukan sesuatu dan kamu merasa tenang, itu pahala”. Artinya, dalam diri setiap orang diberikan karunia struktur pengetahuan, termasuk struktur pengetahuan dalam mengasuh anak. Dengan demikian, setiap orangtua pasti adalah pengasuh yang terbaik untuk anaknya. Lalu apakah berarti kita tidak perlu belajar ilmu pengasuhan? Ilmu pengasuhan tetap menjadi sesuatu yang penting dengan memperhatikan kondisi berikut:
- Waktu berjalan cepat dengan berbagai tuntutan jaman yang berbeda.
Sangat mungkin kita sebagai orangtua memiliki jaman yang berbeda dengan anak kita. Misalnya saja, dulu tidak dikenal dunia digital dan internet. Sekarang muncul istilah pengasuhan di era digital. Â
- Ada struktur alamiah pada diri anak yang perlu dikembangkan
Setiap anak memiliki struktur pengetahuan sebagai modal untuk belajar. Orangtua berkewajiban membantu struktur tersebut untuk berkembang dan diberdayakan. Perlakuan orangtua yang paling alamiah sekalipun, dapat memberdayakan atau mengembangkan struktur tersebut. Tapi jika orangtua banyak belajar tentang pengasuhan, maka akselerasi dan penyempurnaan struktur tersebut akan berjalan optimal. Â
- Menghindari perkembangan yang kontraproduktif dari struktur alamiah
Sehubungan dengan poin 2 di atas, maka struktur yang dimiliki oleh anak dapat terhambat perkembangannya atau malah berkembang ke arah yang tidak sesuai. Taruh saja kita berbicara tentang cara berpikir (cognitive style) dan cara belajar (learing style). Setiap anak berbeda dalam kedua hal tersebut. Karena itu, untuk pembelajaran yang optimal, diperlukan pengasuhan yang sesuai pada anak. Â Dengan demikian, ilmu pengasuhan sangat penting. Namun bukan berarti setiap orangtua tidak memiliki struktur pengetahuan pengasuhan dalam dirinya. Struktur inilah yang perlu dikembangkan dengan menambah ilmu yang mengembangkan pengetahuan mereka tentang pengasuhan. Yang jelas, istilah ‘ilmu pengasuhan omong kosong’ dapat juga dimaknai, agar kita tidak merasa khawatir atau takut bahwa kita tidak memiliki pengetahuan akan pengasuhan. Hal ini dapat berdampak kepada ketidakyakinan atas perlakuan kita kepada anak. Dampak lanjutannya, akan ada banyak produk pengasuhan yang menjadi komoditas. Ketika para orangtua berpikir, penting untuk membeli produk parenting, pada saat itu juga hal ini dianggap sebagai peluang pasar. Akhirnya, ada banyak orang yang menjadi pelatih pengasuhan yang instan. Â Percayalah, bahwa setiap orangtua adalah pengasuh yang terbaik bagi anaknya. Bagaimana menurut Ayah, Bunda, Kakak semua?
Artikel tentang Inspirasi (Insert), Parenting, Review | Resensi Lainnya:
- Pelajaran Berharga dari Film Soekarno
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Film Rekomendasi untuk Hari Guru
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- Tips Mengubah Perilaku Anak dengan Memperbanyak Variasi Pilihan
- Haruskah Dongeng Sebelum Tidur?
- Dampak Atmosfir Egaliter bagi Rasa Percaya Diri Anak
- Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan
- Apakah Membacakan Buku Sejak Dalam Kandungan Akan Membuat Anak Gemar Membaca?
- Bagaimana Menjadi Orangtua yang Mengelola Larangan dan Perintah?
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- Menyikapi Hidup seperti Anak-anak
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Reaksi yang Harus Dihindari Orangtua Saat Anak Mengalami Bullying
- Pentingnya Anak Menyadari Potensi Diri
- 5 Kesalahan Orangtua yang Melukai Kepercayaan Diri Anak
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Menjadi Bahagia dengan Membunuh Waktu. Bagaimana Caranya?
- Krisis Jati Diri, Pangkal dari Semua Krisis
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
- Berikan Alasan Realistis untuk Anak
- Apartemen 12A-05, Cerita Horor atau Detektif? (Resensi Buku)
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Pergantian Tahun bukan Pergantian Tuhan
- Ingin Memiliki Daya Saing? Jadilah Diri yang Original
- Cerita: Kaus Kaki Bolong
- Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- Cerita: Menolong Nubi
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- Modal Dasar Pengasuhan
- Sayangnya, Kehidupan Nyata Itu....
- Hidayah Tak Datang dengan Mudah
- WAJIB TERUS DITUMBUHKAN Kesadaran Parenting sebagai Bentuk Pendidikan Pertama
- Bagaimana Menggunakan Kata JANGAN untuk Anak?
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!
- Mengungkit Kelemahan, Menghilangkan Kekuatan
- Now and Here, Cita-Cita Tak Sampai
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Reaksi Spontan Atas Ketidaknyamanan Dapat Membentuk Pribadi Kita
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
- Bahaya Tagar Indonesia Terserah
- Cerita: Harta Karun Mr. Crack
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Penularan Kebaikan dan Keburukan untuk Diri Sendiri
- Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
- 3 Modal Utama Anak Aktif
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- Pemilu Usai, Saatnya Berbuat untuk Negeri Ini
- Corona, Perpecahan Keyakinan yang Melelahkan dan Melemahkan
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
- Cara Mengatasi Tekanan Fight Flight atau Flow Mana yang Efektif?
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- Kendala Membangun Atmosfir Egaliter dalam Keluarga
- Berkubang dengan Masalah atau Membudayakan Solusi?
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Resensi Buku: Novel Laiba dan Nasir dari Bang Bule Official
- Bagaimana Bertanggung Jawab atas Keseriusan Anak?
- Melalui Cobaan, Kita Lebih Mudah Mengenali Diri Sendiri
- Jenis Kelekatan yang Terjadi pada Anak
- Tips Mengendalikan Kekhawatiran terhadap Anak
- Menjadi yang BAIK, Tanpa Syarat
- Membandingkan Anak Lebih Sering Tak Disadari
- Tentang Pengasuhan, Mau Ketat atau Longgar?
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Kompetisi Ego Mengaburkan Keselarasan Orangtua dan Anak
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- 5 Dampak Ketidakpercayaan kepada Anak
- Agar Nikmat Melimpah, Kita Membutuhkan Rasa Syukur yang Sesungguhnya
- Apa Dampak Pelayanan Berlebihan untuk Anak?
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- 5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying
- Mengubah Keburukan Menjadi Kebaikan adalah Menciptakan Resonansi
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- Pujian yang Salah dapat Menjerumuskan Anak
- Neng Neng Nong Nang Neng Nong dari Mata Apresiatif Seorang Akhmad Dhani
- Bergerak dari Zona Masalah ke Zona Solusi
- Bagaimana Mengelola Keinginan Anak untuk Berbelanja?
- Menjatuhkan Mental Anak, Sering Tidak Disadari
- Meluruskan Makna Egaliter dalam Keluarga
- Harga Sebuah Kesempatan bagi Anak
- 6 Alasan Menghindari Intimidasi kepada Anak
- Melarang Anak dengan Pilihan Kata yang Tepat
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak
- Menyatunya Hablum Minallah dan Hablum Minannas
- Dumbo Disney, Ketidaksempurnaan yang Luar Biasa
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- Selalu Ada Cara untuk Menghubungkan Anak dan Orangtua
- Ketika Tidak Dipercaya, Bagaimana Cara Menciptakan Perubahan?